Cerpen
Cerpen adalah singkatan
dari kata Cerita Pendek. Cerpen
merupakan teks yang menyuguhkan karya sastra berbentuk prosa. Cerpen biasanya
memiliki karakter yang berbeda dengan karya sastra prosa lainnya seperti novel,
Roman dan CerBung. cerpen hanya sebuah kisah singkat yang selesai dibaca dalam
waktu beberapa menit saja. Meskipun demikian, didalam sebuah cerpenn juga menghadirkan
nilai-nilai kehidupan manusia yang dapat memberikan inspirasi positif bagi
pembaca.
Nilai-nilai
kehidupan dalam Cerpen antara lain sebagai berikut:
a.
Nilai Budaya
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan hasil cipta, rasa, dan karya manusia.
b.
Nilai agama
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c.
Nilai moral
Adalah
: Nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan
oleh manusia.
d.
Nilai pendidikan
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan ilmu dan pengetahuan manusia.
e.
Nilai social
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan hubungan antara manusia, baik terhadap diri
sendiri maupun dengan orang lain.
f.
Nilai politik
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan manusia untuk
mencapai tujuan.
g.
Nilai ekonomi
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan material untuk kelangsungan
hidup manusia.
h.
Nilai seni
Adalah:
nilai-nilai yang berkaitan dengan sisi keindahan dalam memenuhi kebutuhan
bathin manusia, baik sebagai sarana hiburan maupun sarana peribadatan.
i.
Nilai filsafat
Adalah
: nilai-nilai yang berkaitan dengan pedoman hidup manusia dalam menjalani
kehidupannya.
Unsur-unsur
pembangun cerpen
1.
Unsur instrinsik
a. Tema
Ialah : gagasan yang menjalin struktur iai
cerita.
b. Amanat
Ialah : ajaran atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca.
c. Tokoh
Ialah: pemeran dalam sebuah cerita.
Tokoh dibagi menjadi 4 yaitu:
1). Protagonis atau tokoh utama
2). Antagonis atau tokoh lawan dari tokoh
utama
3). Tritagonis atau tokoh penengah antara
protagonist dan antagonis
4). Figuran atau tokoh bawahan
d. Penokohan
Ialah : sifat atau karakter yang melekat
pada tokoh.
Cara penggambaran karakter tokoh adalah:
1). Teknik analitik
2). Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
3). Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
4). Penggambaran tata kebahsaan tokoh
5). Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6). Penggamabaran oleh tokoh lain
e. Alur
Ialah: Pola pengembangan certa yang
terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun kronologis.
Alur dibagi menjadi 3
1). Alur Maju
2). Alur Mundur
3). Alur Campuran
f. Latar atau Setting
latar atau setting dibagi menjadi 4 yaitu:
1). Waktu
2). Tempat
3). Suasana
4). social
g.
Gaya Bahasa
Ialah
: penggunaan kalimat-kalimat yang indah dan bermakna, yang diantaranya berupa
kalimat-kalimat konotasi, denotasi, majas, kiasan, dan lain sebagainya. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif dalam
menyempaikan sebuaah gagasan melalui cerita pendek.
h. Sudut
pandang atau point of fiew
Yaitu : penempatan diri
pengarang dalam sebuah cerita.
Sudut pandang terbagi
menjdai 4 yaitu:
1). Sudut pandang orang
pertama
Pengarang sebagai tokoh utama dalam cerpen.
2). Sudut panndang orang
ketiga
Pengarang sebagai orang ketiga yang menyampaikan sebuah kisah
atau cerita.
3). Sudut pandang obyektif
Pengarang sebagai pengamat dalam
menyampaikan kisah-kisah dalam cerita secara lahiriahnya.
4).
Sudut Pndang Maha Kuasa
Pengarang
sebagi pengamat yang serba tahu, baik secara lahir maupun batin dalam
menceritakan semua tokoh cerita tersebut.
Jalan
cerita dalam cerpen
Secara umum jalan cerita
dalam cerita pendek dibagi menjadi 5, yaitu:
1.
Pengenalan situasi cerita ( Exposition,
orientation)
Perkenalan
situasi dan kondisi diawal cerita yang berkaitan dengan tokoh, adegan dan
hubungan antar tokoh.
2.
Pengungkapan peristiwa ( complication )
Menyajikan
peristiwa awal yang menimbulkan suatu konflik.
3.
Konflik makin rumit ( Complikation conflict
)
Mulai
terjadi banyak masalah dalam cerita.
4.
Puncak konflik ( Turning point )
Bagian
ini sering disebut klimaks, yakni bagian puncak masalah yang paling besar dan
mendebarkan.
5.
Penyelesaian atau anti klimaks ( ending atau
coda )
Penyelesaian
masalah dan cerita berakhir.
Contoh
cerpen :
Buku yang Mengandung Janji dan Cinta
Namaku
Rosyad, biasa dipanggil Roy. Aku kelas 3 SMA di kota Banten. Ini adalah
kisahku yang teragis dan mungkin bisa dibilang sepele. Namun dari kejadian ini,
membuatku susah untuk tidur dengan nyenyak.
Setiap
harinya ketika aku melihat benda tersebut, aku selalu ingat dengan dengan
kejadian itu. Sepele memang, sungguh benar-benar sepele tapi tak pernah bisa
terlupakan.
Kejadiannya
kurang lebih dua tahun yang lalu. Pada saat itu di kelas 1 SMA, di kelas yang
paling utara, aku sedang bercanda dengan kawanku sebangku.
Temanku
memang orangnya jahil, kadang bulpenku di pinjam diam-diam, kadang juga sampai
di bawa pulang, kadang juga bukuku yang menjadi sasaran empuknya.
Tapi
aku tak masalah, aku anggap semua hal itu hanyalah bercandaan belaka. Itu sudah
menjadi kebiasaan sehari-hari kami yang hidup di gedung bersama, apalagi dia
adalah teman satu bangku denganku.
Tapi
karena bercandanya, sebuah kecelakaan,- emm mungkin lebih tepatnya kejadian
yang tak terduga, itu bermula. Tidak ada niatan diantara kita untuk saling
menjatuhkan atau merendahkan. Kami hanya ingin saling tertawa.
Saat
itu, temanku usil dengan membawa buku tulisku. Dilemparnya ke atas lalu
ditangkapnya. Dia hanya berharap aku marah padanya, tapi kebiasaanku aku sering
tidak peduli padanya. Terlalu kekanak-kanakan menurutku.
Sampai
ketika dia menjatuhkan buku tulisku ke lantai, dia telat menangkapnya. Lalu
seketika itu aku marah, tapi aku tidak balas pada saat itu juga. Aku berjanji
akan membalasnya pada sore hari nanti ketika dia tidak melihatnya.
Waktu
sorepun tiba, sebentar lagi kita akan pulang, tapi disela waktu senggang itu,
aku diam-diam mengambil buku yang ada di mejanya lalu langsung saja aku buang
ke dalam tong sampah.
Aku
pun puas dengan tindakanku, karena berhasil membalas dendam dari dia yang telah
merusak buku kesayanganku. Aku ingin melihat kesedihan terlihat di wajahnya
karena buku tulisnya yang berada di sampah.
Saat
itu, dia menghampiriku hendak mengajak pulang. Aku pun tersenyum kecil bentuk
kemenanganku. Tapi dia malah keheranan, kenapa aku tersenyum. Seketika itu dia
kaget kerena mendapati bukunya yang ada di atas meja hilang begitu saja.
Dia
menanyakan kepadaku dengan ekspresi wajah khawatir,
“kau
kemanakan buku yang ada di atas mejaku?”
“mana
aku tahu, cari aja sendiri” jawabku sambil tertawa sinis.
“astaga
Roy, buku itu bukan milikku, itu bukunya Diana.”
Diana
adalah wanita cantik serta anak paling pintar yang dikagumi satu kelas.
Kebanyakan lelaki suka terhadapnya. Tapi jika kau tanya aku, mungkin lebih
tepatnya aku tidak mengenalnya, atau mungkin tidak terlalu memperhatikan teman
yang tidak terlalu akrab denganku. Apalagi bicara, bagiku itu mustahil.
Seketika
itu aku berlari menuju tempat sampah tempat di mana aku membuang buku tersebut,
karena khawatir dengan buku yang ternyata bukan milik temanku sendiri.
Ku
dapati di depan tong sampah tersebut, ada wanita berdiri dengan membawa buku
yang sedikit kotor. Buku itu persis dengan buku yang telah aku buang. Aku masih
ragu awalnya, tapi terlihat dia menangis sambil memandangi buku tersebut
membuatku yakin bahwa dia adalah pemilik buku itu.
Aku
bingung dalam keadaanku seperti ini, apa yang harus aku perbuat. Meminta maaf
dan bilang kalau itu adalah salah ku? itu tidak mungkin. Aku tidak biasa
ngomong sama perempuan, aku bahkan tidak pernah.
Aku
tidak bisa berkata apa-apa, tubuhku kaku tak bisa bergerak, mulutku bagai ada
yang memborgol, dadaku sesak, jangtungku berdenyuk kencang saking ketakutannya.
Apa yang harus ku perbuat Ya Tuhaann?
Aku
merasa bersalah dan aku tidak mengucapkan maaf kepadanya, sungguh aku tak bisa.
Aku sama sekali tak bisa bilang kepada wanita untuk meminta maaf. Bahkan aku
tak pernah punya masalah dengan wanita.
Setelah
ku pandangi beberapa menit, dia pergi dengan sedikit berlari menuju jalan kecil
di antara rumah-rumah warga lalu menghilang.
Aku
masih berdiri kaku. Rasa bersalah yang bercampur aduk ini sungguh tak karuan.
Baru kali ini perasaan yang aneh seperti ini datang. Tak pernah sama sekali
dalam hidupku aku memiliki perasaan yang seperti ini.
Apa
yang harus aku lakukan? Apa aku harus menyalahkan temanku yang menjailiku? toh
juga dia yang mulai, sehingga aku membalasnya yang ku kira itu adalah bukunya.
Apa
aku harus pergi kerumahnya dan bilang kalau itu tadi adalah perbuatanku?
Mustahil.
“sudahlah
tak apa-apa, besok aku akan bantu bicarakan. Sekarang ayo kita pulang.” kata
temanku berbisik pelan.
Aku
masih tidak percaya dengan kajadian tadi. Tubuhku tetap saja membeku, tapi
temanku memaksaku berjalan, dan tanpa sadar aku sudah di depan rumah. Aku masih
memikirkan hal tadi.
Hari
demi hari berlalu.
Sampai
sekarang, aku belum juga meminta maaf kepadanya. Mungkin juga dia sudah lupa,
toh juga itu kejadian dua tahun yang lalu. Tapi entah kenapa hati ini tak bisa
melupakanya begitu saja. Masih ada rasa bersalah yang harus diungkapkan.
Aku
pernah berjanji, sebelum lulus SMA, aku harus sudah meminta maaf darinya.
Karena bila masih saja belum dapat maaf darinya, maka setiap aku melihat buku
pasti akan muncul rasa bersalah itu kembali.
Hari
menjelang ujian nasional semakin dekat. Aku mencari waktu yang tepat agar bisa
meminta maaf kepadanya tanpa di ketahui anak-anak yang lain.
Aku
sering mencarinya dan memperhatikannya. Nampaknya dia bahagia saja tanpa adanya
maaf dariku. Kadang dia berada di kelas membaca buku, kadang dia bergurau
dengan teman yang lain, sepertinya dia sudah benar-benar lupa dengan kejadian
itu.
Pada
hari selasa, sekitar jam 15.30 aku mendapati dia masih berada di kelas
sendirian. Dia sedang asik dengan bukunya. Dia juga tak tau kalau aku
memperhatikannya dari hari-hari kemarin.
Mungkin
ini adalah waktu yang tepat untuk meminta maaf. Tapi kenapa rasa hati ini
berdebar-debar, seperti ada rasa yang lain selain rasa bersalah.
Apakah
ini cinta? Apakah aku salah memperhatikannya terus menerus? Aku hanya ingin
mencari waktu yang pas agar bisa meminta maaf kepadanya, tapi karena itu juga
aku kadang tersenyum-senyum sendiri ketika memandanginya.
Aku
juga heran, kenapa bisa aku ikut bahagia ketika dia sedang asik bercanda dengan
teman-temannya. Kenapa juga aku harus membuntutinya dan menghawatirkannya, toh
juga dia sudah lupa.
Saat
itu juga aku mengetuk pintu kelas dan berdehem kepadanya memberi tanda kalau
aku disana.
Dia
menengok dan melihatku lalu berkata.
“oh
hai Roy, kau belum pulang?”
“Belum”
jawabku polos.
“aku
yang kau lakukan di sini, sepertinya teman-temanmu sudah pulang semua”
“iya
aku tau, kau juga kenapa belum pulang?”
“aku
ingin belajar lebih hari ini, ada beberapa bab yang aku masih belum
menguasainya.”
“emm
Diana, ada yang ingin aku omongkan denganmu, boleh aku meminta waktumu
sebentar?” Kataku dengan cepat, tepat ketika dia mengakhiri kalimatnya.
“iya
silakan”
Aku
menceritakannya dengan ragu dan malu-malu. Aku juga bingung harus dimulai dari
mana, kejadian itu sudah cukup lama, apa pentingnya kalau dia tau.
Tapi
karena desakan hatiku yang terdalam, akhirnya aku langsung menceritakannya dari
awal. Dia pun mendengarkan seluruh ceritaku. Lalu tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang
aku tidak pernah menyangkanya.
“Ohh
kejadian itu, aku mengingatnya. Aku tidak akan bisa melupakanya kalu kau yang
telah membuang buku catatanku.”
Ketika
kalimat itu terucap, aku merasa semakin bersalah.
“aku
juga sebetulnya sudah tau dari awal kalau kau yang membuang buku milikiku.
Karena ketika kau membuangnya, aku berada agak jauh di sampingmu dan kau tak
melihatku. Aku juga heran kenapa setelah kau membuang buku tersebut kau malah
tersenyum bahagia. Ku kira kau membenciku, sebab itulah aku menangis.”
“emm..
maafkan aku” kataku pelan.
“iya
tak apa-apa” jawabnya.
Ada
sedikit keganjalan menurutku darinya. Kenapa dia bisa menganggapku benci
kepadanya padahal kita saat itu belum kenal akrab, bahkan bicarapun tidak
pernah. Akhirnya aku beranikan untuk tanya kepadanya, dan dia menjawab.
“Kalau
Roy tau, dari dulu aku mengagumi dirimu. Sikap cuekmu, gaya tertawamu dan semua
yang ada pada dirimu.”
“ehh,,
hehe.. apaan sih”
“Aku
itu suka sama kamu Roy sejak kita pertama bertemu.”
Deg,..
Jantungku seketika itu berhenti.
Mungkin
jika hal itu dibiarkan sedikit saja lebih lama, aku sudah tidak ada di dunia
ini.
Tiba-tiba
saja dia bilang hal semacam itu kepadaku. Dia tak tau perasaanku yang setiap
hari dihantui olehnya karena rasa bersalah. Lalu dia tiba-tiba bilang suka?
Dalam
hati terdalam antara rasa senang dan bahagia bercampur aduk dengan gerogi serta
bingung. Aku tidak tau kenapa dia langsung bilang seperti itu.
Setelah
beberapa lama, aku hanya menanggapinya dengan biasa. Aku masih bingung mau
menjawab apa, lalu aku pamit pulang.
Disisi
lain aku merasakan lebih percaya diri untuk mendekatinya melalui ponsel. Setiap
hari kita SMS membahas semua hal, dari tugas yang diberi oleh guru, tanya jam
berangkat sekolah, sampai mau lanjut kemana setelah selesai dari SMA ini.
Setiap
malam ada perasaan bahagia karena selalu menantikan SMS darinya. Kadang juga
aku yang memulai duluan, dan ternyata kita ingin memasuki kampus yang sama.
Lambat
laut karena perasaan ini yang bergejolak, akhirnya aku mengungkapkan rasa cinta
kepadanya. Kabar baiknya, dia menerimaku dengan senang hati, dan dari situlah
kisah cinta kita bermula.
-Tamat-
(dikutip dari ceritaihsan.com)
Referensi dari buku paket diknas
kurikulum 2013 revisi 2018.