Jumat, 23 November 2018

Cerpen


Cerpen
Cerpen adalah singkatan dari kata Cerita Pendek.  Cerpen merupakan teks yang menyuguhkan karya sastra berbentuk prosa. Cerpen biasanya memiliki karakter yang berbeda dengan karya sastra prosa lainnya seperti novel, Roman dan CerBung. cerpen hanya sebuah kisah singkat yang selesai dibaca dalam waktu beberapa menit saja. Meskipun demikian, didalam sebuah cerpenn juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan manusia yang dapat memberikan inspirasi positif bagi pembaca.
Nilai-nilai kehidupan dalam Cerpen antara lain sebagai berikut:
a.    Nilai Budaya
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan hasil cipta, rasa, dan karya manusia.
b.    Nilai agama
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c.    Nilai moral
Adalah : Nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia.
d.    Nilai pendidikan
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan ilmu dan pengetahuan manusia.
e.    Nilai social
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan hubungan antara manusia, baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain.
f.     Nilai politik
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan.
g.    Nilai ekonomi
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan material untuk kelangsungan hidup manusia.
h.    Nilai seni
Adalah: nilai-nilai yang berkaitan dengan sisi keindahan dalam memenuhi kebutuhan bathin manusia, baik sebagai sarana hiburan maupun sarana peribadatan.
i.     Nilai filsafat
Adalah : nilai-nilai yang berkaitan dengan pedoman hidup manusia dalam menjalani kehidupannya.

Unsur-unsur pembangun cerpen
1.    Unsur instrinsik
a.    Tema
Ialah : gagasan yang menjalin struktur iai cerita.
b.    Amanat
Ialah : ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca.
c.    Tokoh
Ialah: pemeran dalam sebuah cerita.
Tokoh dibagi menjadi 4 yaitu:
1). Protagonis atau tokoh utama
2). Antagonis atau tokoh lawan dari tokoh utama
3). Tritagonis atau tokoh penengah antara protagonist dan antagonis
4). Figuran atau tokoh bawahan
d.    Penokohan
Ialah : sifat atau karakter yang melekat pada tokoh.
Cara penggambaran karakter tokoh adalah:
1). Teknik analitik
2). Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
3). Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
4). Penggambaran tata kebahsaan tokoh
5). Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6). Penggamabaran oleh tokoh lain
e.    Alur
Ialah: Pola pengembangan certa yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun kronologis.
Alur dibagi menjadi 3
1). Alur Maju
2). Alur Mundur
3). Alur Campuran
f.  Latar atau Setting
    latar atau setting dibagi menjadi 4 yaitu:
    1). Waktu
    2). Tempat
    3). Suasana
    4). social
g. Gaya Bahasa
Ialah : penggunaan kalimat-kalimat yang indah dan bermakna, yang diantaranya berupa kalimat-kalimat konotasi, denotasi, majas, kiasan, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif dalam menyempaikan sebuaah gagasan melalui cerita pendek.
h.  Sudut pandang atau point of fiew
Yaitu : penempatan diri pengarang dalam sebuah cerita.
Sudut pandang terbagi menjdai 4 yaitu:
1). Sudut pandang orang pertama
     Pengarang sebagai tokoh utama dalam cerpen.
2). Sudut panndang orang ketiga
     Pengarang sebagai orang ketiga yang menyampaikan sebuah kisah atau cerita.
3). Sudut pandang obyektif
Pengarang sebagai pengamat dalam menyampaikan kisah-kisah dalam cerita secara lahiriahnya.
             4).  Sudut Pndang Maha Kuasa
Pengarang sebagi pengamat yang serba tahu, baik secara lahir maupun batin dalam menceritakan semua tokoh cerita tersebut.

Jalan cerita dalam cerpen
Secara umum jalan cerita dalam cerita pendek dibagi menjadi 5, yaitu:
1.    Pengenalan situasi cerita ( Exposition, orientation)
Perkenalan situasi dan kondisi diawal cerita yang berkaitan dengan tokoh, adegan dan hubungan antar tokoh.
2.    Pengungkapan peristiwa  ( complication )
Menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan suatu konflik.
3.    Konflik makin rumit ( Complikation conflict )
Mulai terjadi banyak masalah dalam cerita.
4.    Puncak konflik ( Turning point )
Bagian ini sering disebut klimaks, yakni bagian puncak masalah yang paling besar dan mendebarkan.
5.    Penyelesaian atau anti klimaks ( ending atau coda )
Penyelesaian masalah dan cerita berakhir.

Contoh cerpen :
Buku yang Mengandung Janji dan Cinta

Namaku Rosyad, biasa dipanggil  Roy. Aku kelas 3 SMA di kota Banten. Ini adalah kisahku yang teragis dan mungkin bisa dibilang sepele. Namun dari kejadian ini, membuatku susah untuk tidur dengan nyenyak.
Setiap harinya ketika aku melihat benda tersebut, aku selalu ingat dengan dengan kejadian itu. Sepele memang, sungguh benar-benar sepele tapi tak pernah bisa terlupakan.
Kejadiannya kurang lebih dua tahun yang lalu. Pada saat itu di kelas 1 SMA, di kelas yang paling utara, aku sedang bercanda dengan kawanku sebangku.
Temanku memang orangnya jahil, kadang bulpenku di pinjam diam-diam, kadang juga sampai di bawa pulang, kadang juga bukuku yang menjadi sasaran empuknya.
Tapi aku tak masalah, aku anggap semua hal itu hanyalah bercandaan belaka. Itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari kami yang hidup di gedung bersama, apalagi dia adalah teman satu bangku denganku.
Tapi karena bercandanya, sebuah kecelakaan,- emm mungkin lebih tepatnya kejadian yang tak terduga, itu bermula. Tidak ada niatan diantara kita untuk saling menjatuhkan atau merendahkan. Kami hanya ingin saling tertawa.
Saat itu, temanku usil dengan membawa buku tulisku. Dilemparnya ke atas lalu ditangkapnya. Dia hanya berharap aku marah padanya, tapi kebiasaanku aku sering tidak peduli padanya. Terlalu kekanak-kanakan menurutku.
Sampai ketika dia menjatuhkan buku tulisku ke lantai, dia telat menangkapnya. Lalu seketika itu aku marah, tapi aku tidak balas pada saat itu juga. Aku berjanji akan membalasnya pada sore hari nanti ketika dia tidak melihatnya.
Waktu sorepun tiba, sebentar lagi kita akan pulang, tapi disela waktu senggang itu, aku diam-diam mengambil buku yang ada di mejanya lalu langsung saja aku buang ke dalam tong sampah.
Aku pun puas dengan tindakanku, karena berhasil membalas dendam dari dia yang telah merusak buku kesayanganku. Aku ingin melihat kesedihan terlihat di wajahnya karena buku tulisnya yang berada di sampah.
Saat itu, dia menghampiriku hendak mengajak pulang. Aku pun tersenyum kecil bentuk kemenanganku. Tapi dia malah keheranan, kenapa aku tersenyum. Seketika itu dia kaget kerena mendapati bukunya yang ada di atas meja hilang begitu saja.
Dia menanyakan kepadaku dengan ekspresi wajah khawatir,
“kau kemanakan buku yang ada di atas mejaku?”
“mana aku tahu, cari aja sendiri” jawabku sambil tertawa sinis.
“astaga Roy, buku itu bukan milikku, itu bukunya Diana.”
Diana adalah wanita cantik serta anak paling pintar yang dikagumi satu kelas. Kebanyakan lelaki suka terhadapnya. Tapi jika kau tanya aku, mungkin lebih tepatnya aku tidak mengenalnya, atau mungkin tidak terlalu memperhatikan teman yang tidak terlalu akrab denganku. Apalagi bicara, bagiku itu mustahil.
Seketika itu aku berlari menuju tempat sampah tempat di mana aku membuang buku tersebut, karena khawatir dengan buku yang ternyata bukan milik temanku sendiri.
Ku dapati di depan tong sampah tersebut, ada wanita berdiri dengan membawa buku yang sedikit kotor. Buku itu persis dengan buku yang telah aku buang. Aku masih ragu awalnya, tapi terlihat dia menangis sambil memandangi buku tersebut membuatku yakin bahwa dia adalah pemilik buku itu.
Aku bingung dalam keadaanku seperti ini, apa yang harus aku perbuat. Meminta maaf dan bilang kalau itu adalah salah ku? itu tidak mungkin. Aku tidak biasa ngomong sama perempuan, aku bahkan tidak pernah.
Aku tidak bisa berkata apa-apa, tubuhku kaku tak bisa bergerak, mulutku bagai ada yang memborgol, dadaku sesak, jangtungku berdenyuk kencang saking ketakutannya. Apa yang harus ku perbuat Ya Tuhaann?
Aku merasa bersalah dan aku tidak mengucapkan maaf kepadanya, sungguh aku tak bisa. Aku sama sekali tak bisa bilang kepada wanita untuk meminta maaf. Bahkan aku tak pernah punya masalah dengan wanita.
Setelah ku pandangi beberapa menit, dia pergi dengan sedikit berlari menuju jalan kecil di antara rumah-rumah warga lalu menghilang.
Aku masih berdiri kaku. Rasa bersalah yang bercampur aduk ini sungguh tak karuan. Baru kali ini perasaan yang aneh seperti ini datang. Tak pernah sama sekali dalam hidupku aku memiliki perasaan yang seperti ini.
Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menyalahkan temanku yang menjailiku? toh juga dia yang mulai, sehingga aku membalasnya yang ku kira itu adalah bukunya.
Apa aku harus pergi kerumahnya dan bilang kalau itu tadi adalah perbuatanku? Mustahil.
“sudahlah tak apa-apa, besok aku akan bantu bicarakan. Sekarang ayo kita pulang.” kata temanku berbisik pelan.
Aku masih tidak percaya dengan kajadian tadi. Tubuhku tetap saja membeku, tapi temanku memaksaku berjalan, dan tanpa sadar aku sudah di depan rumah. Aku masih memikirkan hal tadi.
Hari demi hari berlalu.
Sampai sekarang, aku belum juga meminta maaf kepadanya. Mungkin juga dia sudah lupa, toh juga itu kejadian dua tahun yang lalu. Tapi entah kenapa hati ini tak bisa melupakanya begitu saja. Masih ada rasa bersalah yang harus diungkapkan.
Aku pernah berjanji, sebelum lulus SMA, aku harus sudah meminta maaf darinya. Karena bila masih saja belum dapat maaf darinya, maka setiap aku melihat buku pasti akan muncul rasa bersalah itu kembali.
Hari menjelang ujian nasional semakin dekat. Aku mencari waktu yang tepat agar bisa meminta maaf kepadanya tanpa di ketahui anak-anak yang lain.
Aku sering mencarinya dan memperhatikannya. Nampaknya dia bahagia saja tanpa adanya maaf dariku. Kadang dia berada di kelas membaca buku, kadang dia bergurau dengan teman yang lain, sepertinya dia sudah benar-benar lupa dengan kejadian itu.
Pada hari selasa, sekitar jam 15.30 aku mendapati dia masih berada di kelas sendirian. Dia sedang asik dengan bukunya. Dia juga tak tau kalau aku memperhatikannya dari hari-hari kemarin.
Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk meminta maaf. Tapi kenapa rasa hati ini berdebar-debar, seperti ada rasa yang lain selain rasa bersalah.
Apakah ini cinta? Apakah aku salah memperhatikannya terus menerus? Aku hanya ingin mencari waktu yang pas agar bisa meminta maaf kepadanya, tapi karena itu juga aku kadang tersenyum-senyum sendiri ketika memandanginya.
Aku juga heran, kenapa bisa aku ikut bahagia ketika dia sedang asik bercanda dengan teman-temannya. Kenapa juga aku harus membuntutinya dan menghawatirkannya, toh juga dia sudah lupa.
Saat itu juga aku mengetuk pintu kelas dan berdehem kepadanya memberi tanda kalau aku disana.
Dia menengok dan melihatku lalu berkata.
“oh hai Roy, kau belum pulang?”
“Belum” jawabku polos.
“aku yang kau lakukan di sini, sepertinya teman-temanmu sudah pulang semua”
“iya aku tau, kau juga kenapa belum pulang?”
“aku ingin belajar lebih hari ini, ada beberapa bab yang aku masih belum menguasainya.”
“emm Diana, ada yang ingin aku omongkan denganmu, boleh aku meminta waktumu sebentar?” Kataku dengan cepat, tepat ketika dia mengakhiri kalimatnya.
“iya silakan”
Aku menceritakannya dengan ragu dan malu-malu. Aku juga bingung harus dimulai dari mana, kejadian itu sudah cukup lama, apa pentingnya kalau dia tau.
Tapi karena desakan hatiku yang terdalam, akhirnya aku langsung menceritakannya dari awal. Dia pun mendengarkan seluruh ceritaku. Lalu tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang aku tidak pernah menyangkanya.
“Ohh kejadian itu, aku mengingatnya. Aku tidak akan bisa melupakanya kalu kau yang telah membuang buku catatanku.”
Ketika kalimat itu terucap, aku merasa semakin bersalah.
“aku juga sebetulnya sudah tau dari awal kalau kau yang membuang buku milikiku. Karena ketika kau membuangnya, aku berada agak jauh di sampingmu dan kau tak melihatku. Aku juga heran kenapa setelah kau membuang buku tersebut kau malah tersenyum bahagia. Ku kira kau membenciku, sebab itulah aku menangis.”
“emm.. maafkan aku” kataku pelan.
“iya tak apa-apa” jawabnya.
Ada sedikit keganjalan menurutku darinya. Kenapa dia bisa menganggapku benci kepadanya padahal kita saat itu belum kenal akrab, bahkan bicarapun tidak pernah. Akhirnya aku beranikan untuk tanya kepadanya, dan dia menjawab.
“Kalau Roy tau, dari dulu aku mengagumi dirimu. Sikap cuekmu, gaya tertawamu dan semua yang ada pada dirimu.”
“ehh,, hehe.. apaan sih”
“Aku itu suka sama kamu Roy sejak kita pertama bertemu.”
Deg,.. Jantungku seketika itu berhenti.
Mungkin jika hal itu dibiarkan sedikit saja lebih lama, aku sudah tidak ada di dunia ini.
Tiba-tiba saja dia bilang hal semacam itu kepadaku. Dia tak tau perasaanku yang setiap hari dihantui olehnya karena rasa bersalah. Lalu dia tiba-tiba bilang suka?
Dalam hati terdalam antara rasa senang dan bahagia bercampur aduk dengan gerogi serta bingung. Aku tidak tau kenapa dia langsung bilang seperti itu.
Setelah beberapa lama, aku hanya menanggapinya dengan biasa. Aku masih bingung mau menjawab apa, lalu aku pamit pulang.
Disisi lain aku merasakan lebih percaya diri untuk mendekatinya melalui ponsel. Setiap hari kita SMS membahas semua hal, dari tugas yang diberi oleh guru, tanya jam berangkat sekolah, sampai mau lanjut kemana setelah selesai dari SMA ini.
Setiap malam ada perasaan bahagia karena selalu menantikan SMS darinya. Kadang juga aku yang memulai duluan, dan ternyata kita ingin memasuki kampus yang sama.
Lambat laut karena perasaan ini yang bergejolak, akhirnya aku mengungkapkan rasa cinta kepadanya. Kabar baiknya, dia menerimaku dengan senang hati, dan dari situlah kisah cinta kita bermula.
-Tamat-
(dikutip dari ceritaihsan.com)
Referensi dari buku paket diknas kurikulum 2013 revisi 2018.

1 komentar: