Sabtu, 29 September 2018

Majas / gaya bahasa lengkap pengertian, jenis dan contoh-contoh


Majas atau Gaya bahasa Indonesia

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara imajinatif dan bermakna kias. Majas bertujuan untuk membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa yang cenderung kearah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya atau kiasan  dan bermakna konotasi.
Macam-macam Majas
Majas dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu:  
1.    Perbandingan,
2.    Pertentangan,
3.    Sindiran,
4.    Penegasan.

A. Majas Perbandingan
Jenis majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Jenis-jenis majas perbandingan antara lain adalah :
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh :
-       Daun kelapa tersebut seakan melambai kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.
-       Dinding rumah ini telah menjadi saksi ikrar cinta kita.
2. Metafora
Yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan
Contoh:
-       Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan.
-       Pria hidung belang itu muloai melirik kearah kami, sehingga membuatku rishi dan ingin segera pergi dari tempat itu.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, ataupun seperti.
Contoh:
-       Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.
-       Hidupnya bagai katak dalam tempurung. Artinya tidak bisa bebas.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh:
-       Orang tuanya memeras keringat agar anak tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.
-       Ibunya harus banting tulang untuk membiayai pendidikannya. Artinya bekerja keras
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus.
Contoh:
-       Tiap universitas dan perusahaan sekarang diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
-       Pria yang duduk di pojok ruang itu adalah tuna wisma. Artinya tidak punya rumah.
6. Metonimia
Yaitu menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh:
-       Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
-       Ayah ke Padang naik Garuda. Garuda adalah nama .pesawat terbang.
7. Simile
Hampir sama dengan asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti; hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh:
-        Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
-       Sikapnya itu bagi kacang lupa kulitnya.
8. Alegori
Yaitu menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh:
-       Suami adalah nakhoda dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.
-       Ayah adalah tulang punggung keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah keba\likannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto:
-       Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
-       Bali menjadi primadona wisata intenasional .
Totem pro Parte:
-       Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
-       SMK Taruna Bakti menjadi pemenang dalam lomba baca puisi tahun ini.
10. Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh:
-       Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
-       Laki-laki itu buaya darat.

2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh:
-       Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.
-       Silahkan dinikmati hidangan yang ala kadarnya ini. Ala kadarnya memiliki arti hidangan yang baik.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh:
-       Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku merasa kesepian.
-       Aku menangis terharu mendengar keberhasilanya.
3. Antitesis
Yaitu memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh :
-  Film tersebut disukai oleh tua-muda.
-  panjang-pendeknya kalimat, harus jelas maksud dan tujuannya.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi, seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh:
-       Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
-       Semua siswa-dan siswi wajib mengikuti sholat duha, kecuali yang non muslim dan berhalangan.

3. Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh:
-       Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
-       Bagus sekali tulisanmu, seperti tulisan anak TK.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan sindiran secara langsung.
Contoh:
-       Suaramu keras sekali sampai telingaku berdenging dan sakit.
-       Senyummu sinis, hingga membuat hatiku teriris
3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan sindiran secara kasar.
Contoh:
-       Kamu hanya sampah masyarakat tahu.
-       Kamu bagaikan parasite dalam hidup orang lain.


4.  Majas Penegasan
Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh:
-       Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
-       Wanita itu turun kebawah melalui tangga darurat.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh:
-       Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil kalungku.
-       Berulangkali aku katakan bahwa kamu harus belajar, kamu harus rajin dan kamu harus bisa bangun pagi.
3. Retorika
Yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh:
-       Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan pokok turun pada saat menjelang hari raya?
-       Siapa yang ingin gagal dalam usaha?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh:
-       Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi kesehatan.
-       TK, SD, SMP, SMA maupun Universitas, semua telah memiliki kurikulum yang pendidikan yang baik.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh:
-       Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggal di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.
-       Presiden, gubernur, bupati, camat, lurah, Ketua RW hingga ketua RT adalah pelayan masyarakat.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi, yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas Anafora :
-       Kasih itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
-       Cinta itu butuh kesabaran,
Cinta itu butuh kesetiaan
Cinta itu butuh pengorbanan
Contoh majas Epifora :
-       kekuranganmu aku terima
kelebihanmu aku terima
keberhasilanmu aku terima
kegagalanmu aku terima
-       kepantai aku ikut denganmu
kegurun aku ikut denganmu
kegunung aku ikut denganmu
kelembah aku ikut denganmu
7. Tautologi
Yaitu menggunakan kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh:
-       Hidup akan terasa tenteram, damai, dan bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.
-       Lingkungan akan terasa sejuk, indah dan nyaman jika semua orang mau menjaga kebersihan dan keindahannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar