Anekdot
Kata
'anekdot' dalam (Yunani: ἀνέκδοτον
"tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak dikeluarkan")
berasal dari Procopius
of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang membuat sebuah karya
berjud Ἀνέκδοτα (Aul nekdota, secara beragam
diterjemahkan dengan Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah
Rahasia), yaitu sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan
pribadi dari istana Bizantin.
Secara bertahap, makna anekdot dipakai untuk setiap kisah
singkat yang digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang
si penulis inginkan.
Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu
atau menarik untuk mengkritik suatu hal. Anekdot bisa juga disebut sebuah kelakar, yang menyajikan kebenaran sehingga dapat
dipetik pelajaran bagi pembaca. Anekdot seringkali dibuat
berdasarkan pada kejadian nyata melibatkan orang-orang yang sebenarnya, baik
orang terkenal atau tidak. Anekdot tidak
hanya membangkitkan tawa, tetapi mengungkapkan kebenaran atau melukiskan karakter
dengan bahasa yang ringan.
Anekdot
terkadang bersifat sindiran alami. Di
bawah rezim otoritarian di Uni Soviet berbagai macam anekdot
politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara untuk
membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya. Mereka
mentertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, dan pemimpin Soviet
lainnya. Pada zaman Rusia modern ada banyak anekdot tentang Vladimir Putin.
Ciri-ciri
Anekdot
1.
Berdasarkan kisah nyata dari orang terkenal maupun
orang biasa.
2. Ada unsur lucu yang menggelitik atau menghibur
3. Ada pelajaran yang dapat diambil dari teks tersebut.
4. Menggunakan bahasa yang ringan
5. Tujuannya memberikan kritik terhadap suatu hal
6. Bisa ditulis dalam bentuk paragraph maupun dialog
7. Menampilkan tokoh terkenal maupun tidak terkenal.
Struktur
teks anekdot
Struktur anekdot terdiri dari 5 macam, yaitu:
- Abstrak
Bagian ini adalah tahap perkenalan yang menjelaskan
situasi, tokoh dan tempat kejadian.
- Orientasi
Orientasi merupakan awal kejadian yang menjelaskan
latar belakang peristiwa utama dalam teks tersebut.
- Krisis
Krisis merupakan bagian yang menjelaskan mengenai
pokok masalah utama dengan kejadian unik juga tidak biasa.
- Reaksi
Reaksi adalah bagian penyelasaian masalah dengan
cara-cara yang unik dan berbeda.
- Koda
Koda merupakan bagian yang menutup cerita dalam teks
tersebut. Berisi tentang keadaan / kejadian terakhir yang merupakan akibat dari
kejadian sebelumnya.
Kaidah
teks anekdot
Kaidah bahasa teks anekdot sebagai berikut:
- Memakai pertanyaan dengan keterampilan bahasa yang kreatif dan
efektif atau retorik.
- Menulis sesuai struktur yaitu diawali dengan bagian abstrak dan
diakhiri dengan bagian koda.
- Menyatakan peristiwa serta bagian dari peristiwa menggunakan
konjungsi.
- Memakai kata keterangan waktu lampau.
- Memakai kata predikat atau kata kerja.
- Memakai kalimat yang perintah.
- Dibuat secara berurutan dan kronologis.
Contoh
Anekdot
a. Anekdot Hukum Peradilan
Pada
zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang
pedati
yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya.
Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata
kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya tukang pedati itu
jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut. Si Tukang Pedati dan
keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh.
Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si
Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi.
Zaman
dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
Permohonan
keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat
Jembatan
untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia
menimpakan
kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.Kemudian,
hakim memanggil si Tukang Kayu.
Sesampainya
di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia
Hakim,
apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang Mulia
Hakim menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk
membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang
jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus
dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati."
Si
Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan
saya,
salahkan
saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim
berpikir,
"Benar
juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang
menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.
" Lalu, hakim berkata
kepada
pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk
mempertanggungjawabkan
perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
Si
Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia
Hakim,
apa
kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual
Kayu. Sang Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak
menjual kayu yang bagus kepada si Tukang pembuat jembatan sehingga jembatan
yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang
dagangannya dalam pedati. "
Si
Penjual Kayu menjawab, "Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan
saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu
untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu
itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu.
"Hai
pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si
Pembantu.
Seperti
halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun
bertanya
kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang
kesalahan
si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya sepedati.
Si
Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu
sehingga ia
tidak
bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan
si Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi.
Berteriaklah
sang Hakim kepada pengawal, "Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke
penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!"
Beberapa
menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai, Pengawal
apakah
hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang
Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya."
Sang
Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan
menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu
badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena
terlalu
sempit
dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah
besar, "Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu
yang lebih pendek, kurus, dan punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari
pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
Si
Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim,
"Wahai,
Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?" Dengan
entengnya
sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya
uaaaaaang!!!"
Setelah
si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke
penjara
dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan
pengadilan
tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian,
peradilan
ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab,
"Adiiiiilll!!!!"
b.
Berdoa Sebelum Makan
Waktu Gus
Dur menjabat Presiden RI, sekali waktu beliau bertemu dengan para romo (pastor)
seluruh Keuskupan Agung Semarang. Dan, tak ketinggalan Gus Dur menyelipkan
ceritanya. Ini pastor-pastor itu di sebuah negeri senang berburu binatang buas.
Sekali
waktu, selesai misa hari Minggu, seorang pastor pergi ke hutan berburu binatang
buas. Ia melihat seekor harimau. Langsung sang pastor mengokang senapannya dan
menembak: “Dor – dor!” Wah, ternyata tembakannya meleset dan sang harimau balik
mengejar sang pastor. Pastor segera berlari mengambil langkah seribu. Tiba-tiba
si pastor berhadapan dengan jurang yang dalam. Si pastor langsung berhenti,
berlutut, dan mengatupkan tangannya berdoa sebelum diterkam harimau. Berdoa
sebelum mati.
Selesai
berdoa, sang pastor terheran-heran karena ternyata ia masih hidup, tidak
diterkam harimau. Waktu ia menoleh ke kanan, dilihatnya harimau itu berlutut di
sampingnya dan berdoa sambil mengatupkan kedua kaki depannya, seperti orang
Katolik mengatupkan kedua tangannya ketika sedang berdoa. Si pastor lalu
bertanya kepada harimau, “Harimau, kamu kok tidak menerkam saya, malah malah
kamu ikut-ikutan berdoa seperti saya. Mengapa?” Jawab harimau: “Ya, saya sedang
berdoa. Berdoa sebelum makan!”
*******************************
c.
Kuli dan Kyai
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King
Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan
untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara
kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.
Melihat
itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap:
Amin, Amin, Amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: “Lho kenapa Anda berkerumun di sini?”
“Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai.”
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: “Lho kenapa Anda berkerumun di sini?”
“Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai.”
*******************************
d.
Obrolan Presiden
Saking
udah bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali
ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur buat
keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan Perancis aja yg punya pesawat
kepresidenan. Seperti biasa…
Setiap
presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.Tidak lama presiden Amerika,
Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: “Wah kita
sedang berada di atas New York!”
“Itu..
patung Liberty kepegang!”, jawab Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. “Tau nggak… kita sedang berada di atas kota Paris!”, katanya dengan sombongnya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. “Tau nggak… kita sedang berada di atas kota Paris!”, katanya dengan sombongnya.
“Wah…
kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!”, teriak Gus Dur.
“Lho kok bisa tau sih?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat.
“Lho kok bisa tau sih?” tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat.
Karena
disombongin sama Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya
keluar pesawat…
“Ini… jam tangan saya ilang…”, jawab Gus Dur kalem.
“Ini… jam tangan saya ilang…”, jawab Gus Dur kalem.
Presiden
Indonesia: “Wah… kok bisa tau juga?”
“Itu… menara Eiffel kepegang!”, sahut presiden Perancis tersebut.
Presiden Indonesia (Gus Dur): “Lho kok bisa tau sih?”
“Itu… menara Eiffel kepegang!”, sahut presiden Perancis tersebut.
Presiden Indonesia (Gus Dur): “Lho kok bisa tau sih?”
(dikutip dari
https://nusantaranews.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar