Syair
Syair adalah puisi atau karangan sastra melayu lama
dengan bentuk terikat dan mementingkan irama sajak. Syair merupakan bagian dari
puisi, karena termasuk jenis puis lama. puisi
adalah susunan kata yang indah, bermakna, dan terikat aturan unsur-unsur bunyi.
Secara etimologi, syair berasal dari kata Syu’ur ( bahsa
arab) yang artinya perasaan. Kata syu’ur
berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair
dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan
tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi
sehingga syair didesain sesuai dengan keadaan dan situasi jamannya. Syair
menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra Arab.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) syair adalah
puisi lama yang tiap bait terdiri atas empat larik yang berakhir dengan bunyi
yang sama. Orang yang membacakan syair atau membuat syair disebut penyair atau
pujangga.
Ciri-ciri
syair :
-
Terdiri dari empat baris setiap baitnya
-
Terdiri dari bait-bait yang bermakna isi
-
Jumlah kata setiap baris tetap biasanya 4-5
kata
-
Jumlah suku kata dalam setiap baris tetap
yaitu 8-12 suku kata
-
Mempunyai rima yang tetap a-a-a-a atau
a-b-a-b
-
Bahasa kiasan
Menurut
isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1. Syair Panji:
Syair panji adalah syair yang berisi/bercerita tentang keadaan yang terjadi
dalam istana (kerajaan), keadaan orang-orang yang ada atau berasal dari dalam
istana.
Contohnya “Syair Ken Tambunan”.
Syair Ken Tambuhan adalah syair yang
bercerita tentang puteri raja yang cantik, yang ditawan oleh raja Kuripan, dan
dikurung dalam taman larangan istana. Putera raja yang bernama Raden Mentri
kebetulan bertemu dengan Ken Tambuhan dan jatuh cinta padanya. Ibunya yang
takut puteranya akan kawin dengan orang tidak sederajat kemudian mengupah
seseorang untuk membunuh Ken Tambuhan. Sang kaki tangan menyeret Ken Tambuhan
ke luar kota, membunuhnya, dan meletakkannya di atas getek untuk dihanyutkan di
sungai. Raden Mentri yang menemukan jenazah Ken Tambuhan lalu bunuh diri. Para
dewa yang mengetahui kisah ini merasa iba, dan menghidupkan mereka berdua.
(dikutip dari /id.wikipedia.org)
Contoh penggalan syair ken
Tambuhan
Syair ken Tambuhan
Jika tuan menjadi air
Kakang menjadi ikan di pasir
Kata nin tiada kakanda mungkir
Kasih kakang batin dan lahir
Jika tuan menjadi bulan
Kakang menjadi pungguk merawan
Aria ningsun emas tempawan
Janganlah bercerai apalah tuan
Tuang laksana bunga kembang
Kakanda menjadi seekor kumbang
Tuanlah memberi kakanda bimbang
Tiadalah kasihan tuan akan abang
Jika tuan menjadi kayu rampak
Kakanda menjadi seekor merak
Tiadalah mau kakanda berjarak
Seketika pun tiada dapat bergerak
Kakang menjadi ikan di pasir
Kata nin tiada kakanda mungkir
Kasih kakang batin dan lahir
Jika tuan menjadi bulan
Kakang menjadi pungguk merawan
Aria ningsun emas tempawan
Janganlah bercerai apalah tuan
Tuang laksana bunga kembang
Kakanda menjadi seekor kumbang
Tuanlah memberi kakanda bimbang
Tiadalah kasihan tuan akan abang
Jika tuan menjadi kayu rampak
Kakanda menjadi seekor merak
Tiadalah mau kakanda berjarak
Seketika pun tiada dapat bergerak
…………
(dikutip
dari http://karyatulis02.blogspot.com)
2. Syair Romantis: Syair
romantis adalah syair yang berisi tentang percintaan pelipur lara, cerita
rakyat.
Contohnya, “Syair Bidasari”.
SYAIR BIDASARI LAHIR
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat
Adalah raja sebuah negeri
Sultan Agus bijak bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpah pada dagang biaperi
Kabarnya orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasa susah
Entahlah kepada esok dan lusa
Seri padukan sultan bestari
Setelah ia sudah beristri
Beberapa bulan beberapa hari
Hamillah puteri permaisuri
Demi ditentang duli mahkota
Makinlah hati bertambah cinta
Laksana mendapat bukit permata
Menentang istrinya hamil serta
Beberapa lamanya di dalam kerajaan
Senantiasa ia bersuka-sukaan
Datanglah masa beroleh kedukaan
Baginda meninggalkan takhta kerajaan
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat
Adalah raja sebuah negeri
Sultan Agus bijak bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpah pada dagang biaperi
Kabarnya orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasa susah
Entahlah kepada esok dan lusa
Seri padukan sultan bestari
Setelah ia sudah beristri
Beberapa bulan beberapa hari
Hamillah puteri permaisuri
Demi ditentang duli mahkota
Makinlah hati bertambah cinta
Laksana mendapat bukit permata
Menentang istrinya hamil serta
Beberapa lamanya di dalam kerajaan
Senantiasa ia bersuka-sukaan
Datanglah masa beroleh kedukaan
Baginda meninggalkan takhta kerajaan
Datanglah
kepada suatu masa
Melayanglah unggas dari angkasa
Unggas garuda burung perkasa
Menjadi negeri rusak binasa
Datang menyambar suaranya bahna
Gemparlah sekalian mulia dan hina
Seisi negeri gundah gulana
Membawa dirinya barang ke mana
Baginda pun sedang dihadap orang
Mendengarkan gempar seperti perang
Bertitah baginda raja yang garang
Gempar ini apakah kurang
Melayanglah unggas dari angkasa
Unggas garuda burung perkasa
Menjadi negeri rusak binasa
Datang menyambar suaranya bahna
Gemparlah sekalian mulia dan hina
Seisi negeri gundah gulana
Membawa dirinya barang ke mana
Baginda pun sedang dihadap orang
Mendengarkan gempar seperti perang
Bertitah baginda raja yang garang
Gempar ini apakah kurang
(dikutip dari sekolah-daring.blogspot.com)
3. Syair Kiasan:
Syair kiasan adalah syair yang menceritakan tentang percintaan antara ikan,
burung, bunga, atau buah-buahan yang semuanya itu hanyalah simbolik yang
terkandung di dalamnya, kiasan atau sindiran kepada peristiwa tertentu.
Contohnya, “Syair Burung Pangguk”.
Syair
Burung Pungguk
Pertama
mula Pungguk merindu,
Berbunyilah guruh mendayu-dayu,
Hatinya rawan bercampur pilu,
Seperti dihiris dengan sembilu.
Pungguk bermadah seraya merawan,
“wahai Bulan,terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah tercelah awan,”
Sebuah tilam kita beradu,
Mendengarkan pungguk merindu,
Suaranya halus tersedu-sedu,
Laksana orang berahikan jodoh
Pungguk merawan setiap bulan,
Sebilang jitun berlompatan,
Bulan mengandung disebelah lautan,
Mendengarnya bersambut-sambutan….
Di atas beraksa berapa lama,
Gilakan cahaya bulan purnama,
Jikalau bulan jatuh kerama,
Di manakah dapat pungguk bersama.
“Pungguk bermadah seraya merawan,
Wahai bulan terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah bulan tercelah awan,”
Berbunyilah guruh mendayu-dayu,
Hatinya rawan bercampur pilu,
Seperti dihiris dengan sembilu.
Pungguk bermadah seraya merawan,
“wahai Bulan,terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah tercelah awan,”
Sebuah tilam kita beradu,
Mendengarkan pungguk merindu,
Suaranya halus tersedu-sedu,
Laksana orang berahikan jodoh
Pungguk merawan setiap bulan,
Sebilang jitun berlompatan,
Bulan mengandung disebelah lautan,
Mendengarnya bersambut-sambutan….
Di atas beraksa berapa lama,
Gilakan cahaya bulan purnama,
Jikalau bulan jatuh kerama,
Di manakah dapat pungguk bersama.
“Pungguk bermadah seraya merawan,
Wahai bulan terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,
Keluarlah bulan tercelah awan,”
(dikutip
dari http://atikabopaesaa.blogspot.com)
4. Syair Sejarah:
Syair sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah terpenting,
misalnya tentang peperangan.
Contoh, “Syair Perang Mengkasar”.
Syair Perang Mengkasar
(Encik Amin)
Bismiâllah
itu suatu firman
Fardulah
kita kepadanya iman
Muttasil
pula dengan rahman
Hasil
maksudnya pada yang budiman
Rahman
itu sifat
Tiada
bercerai dengan kunhi zat
Nyatanya
itu tiada bertempat
Barang
yang bekal sukar mendapat
Rahim
itu sifat yang sedia
Wajiblah
kita kepadanya percaya
Barang
siapa yang mendapat dia
Dunia
akhirat tiada berbahaya
Al-hamduliâllah
tahmid yang ajla
Nyatanya
dalam kalam Allah ala
Madah
terkhusus bagi hak taâ ala
Sebab
itulah dikarang oleh wali Allah
Setelah
sudah selesai pujinya
Salawat
pula akan nabi-Nya
Di
sanalah asal mula tajallinya
Kesudahan
tempat turun wahyunya
Muhammad
itu nabi yang khatam
Mengajak
ke hadrat rabbi al-alam
Sesungguhnya
dahulu nyatanya (kelam)
Dari
pada pancarnya sekalian alam
Salawat
itu masyhur lafaznya
Telah
termazhur pada makhluknya
Allahumma
salliâalaihi akan agamanya
Di
sanalah nyata sifat jamalnya
Tuanku
sultan yang amat sakti
Akan
Allah dan rasul sangatlah bakti
Suci
dan ikhlas di dalam hati
Seperti
air ma’al-hayati.
Daulatnya
bukan barang-barang
Seperti
manikam yang sudah di karang
Jikalau
dihadap sengala hulubalang
Cahaya
durjanya gilang gemilang
Raja
berani sangatlah bertuah
Hukumannya
‘adil kalbunya murah
Segenap
tahun zakat dan fitrah
Fakir
dan miskin sekalian limpah
Sultan
di Goa raja yang sabar
Berbuat
‘ibadat terlalu gemar
Menjauhi
nahi mendekatkan amar
Kepada
pendeta baginda belajar.
Baginda
raja yang amat elok
Serasi
dengan adinda di telo’
Seperti
embun yang sangat sejuk
Cahayanya
limpah pada segala makhluk
Tiadalah
habis gharib kata
Sempurnalah
baginda menjadi sultan
Dengan
saudaranya yang sangat berpatutan
Seperti
emas mengikat intan
Bijaksana
sekali berkata-kata
Sebab
berkapit dengan pendeta
Jikalau
mendengar khabar berita
Sadarlah
baginda benar dan dusta
Kekal
ikrar apalah tuanku
Seperti
air zamzam di dalam sangku
Barang
kehendak sekalian berlaku
Tenteranya
banyak bersuku-suku
Patik
persembahkan suatu rencana
Mohon
ampun dengan karunia
Aturnya
janggal banyak ta’kena
Karena
‘akalnya belum sempurna
Mohonkan
ampun gharib yang fakir
Memcatatkan
asma di dalam sya’ir
Maka
patik pun berbuat sindir
Kepada
negeri asing supaya lahir
Tuanku
ampun fakir yang hina
Sindirnya
tidak betapa bena
Menyatakan
asma raja yang ghana
Supaya
tentu pada segala yang bijaksana
Maka
patik berani berdatang sembah
Harapkan
ampun karunia yang limpah
Tuanku
ampuni hamba Allah
Karena
aurnya banyak yang salah
Tamatlah
sudah memuji sultan
Tersebutlah
perkataan Welanda syaitan
Kornilis
Sipalman penghulu kapitan
Raja
Palakka jadi panglima
Demikian
asal mula pertama
Welanda
dan Bugis bersama-sama
Kornilis
Sipalman ternama
Raja
Palakka menjadi panglima
Berkampunglah
Welanda sekalian jenis
Berkatalah
Jendral Kapitan yang bengis
Jikalau
alah Mengkasar nin habis
Tunderu’
kelak raja di Bugis
Setelah
didengar oleh si Tunderu’
Kata
jenderal Welanda yang mabuk
Berbangkitlah
ia yang duduk
Betalah
kelak di medan mengamuk
Akan
cakap Bugis yang dusta
Sehari
kubedil robohlah kota
Habis
kuambil segala harta
Perempuan
yang baik bahagian beta
Jika
sudah kita alahkan
Segala
hasil beta persembahkan
Perintah
negeri kita serahkan
Kerajaan
di bone’Tunderu’ pohonkan
Setelah
didengar oleh jenderal
Cakap
Tunderu’ orang yang bebel
Disuruhnya
berlengkap segala kapal
Seorang
kapitan dijadikan amiral
Putuslah
sudah segala musyawarat
Welanda
dan bugis membawa alat
Beberapa
senapang dengan bangat
Sekalian
soldadu di dalam surat.
Tujuh
ratus enam puluh soldadu yang muda-muda
Memakai
kamsol cara Welanda
Rupanya
sikap seperti Garuda
Bermuatlah
ke kapal barang yang ada
Delapan
belas kapal yang besar
Semuanya
habis menarik layer
Turunlah
angin barat yang besar
Sampailah
ia ke negeri Mengkasar
Di
laut Barombong kapal berlabuh
Kata
si Bugis nati dibunuh
Jikalau
raja yang datang menyuruh
Semuanya
tangkap kita perteguh
Pada
sangkanya Bugis dan Welanda
Dikatanya
takut gerangan baginda
Tambahan
Bugis orang yang bida’ah
Barang
katanya mengada-ngada
Segala
ra’yat yang melihat
Ada
yang suka ada yang dahsat
Sekalian
rakyat berkampung musyawarat
Masuk
mengadap duli hadrat
Daeng
dank are masuk ke dalam
Mengadap
duli mahkota ‘alam
Berkampunglah
segala kaum Islam
Menantikan
titah Syahi ‘alam
Akan
titah baginda sultan
Siapatah
baik kita titahkan
Tanyakan
kehendak Welanda syaitan
Hendak
berkelahi kita lawan
Menyahut
baginda Karaeng Ketapang
Karaeng
we jangan hatimu bimbang
Jikalau
Welanda hendak berperang
Kita
kampungkan sekalian orang
Dititirlah
nobat gendering pekanjar
Bunyinya
gemuruh seperti tagar
Berhimpunlah
ra’yat kecil dan besar
Adalah
geger negeri Mengkasar
Bercakaplah
baginda Keraeng Popo
Mencabut
sunderikyang amat elok
Barang
di mana ketumbukan si Tunderu’
Daripada
tertawan remaklah habi
Karaeng
garasi’ raja yang tua
Barcakap
di hadapan anakanda ke dua
Barang
kerja akulah bawa
Karena
badanku pun sudahlah tua
Karaeng
Bonto Majanang saudara Sultan
Sikapnya
seperti harimau jantan
Barang
ke mana patik dititahkan
Welanda
dan Bugis saja kulaawan
Bercakap
pula Karaeng Jaranika
Merah
padam warnanya muka
Welanda
Bugis anjing celaka
Haramlah
aku memalingkan muka
Karaeng
Panjalingang raja yang bijak
Melompat
mencabut keris pandak
Jikalau
undur patik nin kelak
Kepada
perempuan suruh tempelak
Keraeng
Bonto Sunggu raja elok
Bercakap
di hadapan Raja Telo’
Biarlah
patik menjadi cucuk
Welanda
dan Bugis saja kuamuk
Keraeng
Balo’ raja yang muda
Bercakap
di hadapan paduka kakanda
Jikalau
sekadar Bugis dan Welanda
Barang
dititahkan patiklah ada
Akan
cakap Keraeng Sanderabone
Mencabut
sunderik baru dicanai
Jikalau
sekadar Sopeng dan Bone
Tambah
lagi Sula’ dengan Burne
Jikalau
ia mau kemari
Sekapur
sirih ia kuberi
Jikalau
Allah sudah memberi
Si
la'nat Allah kita tampari
Bercakap
bage Keraeng Mandale
Ia
berkanjar mencabut sunderik
Berdiri
melompat seraya bertempik
Barang
di mana dititahkan patik
Keraeng
Mamu berani sungguh
Bercakap
dengan kata yang teguh
Jikalau
patik bertemu musuh
Pada
barang tempat hambah bertutuh
(dikutip
dari id.wikipedia.org)
5. Syair Agama:
Syair agama adalah syair yang mengandungi tema ajaran ilmu tasawuf. Syair agama
tergolong syair terpenting, terbagi menjadi empat, yaitu syair sufi, syair
tentang ajaran Islam, syair riwayat Nabi, dan syair nasihat.
Contoh
syufi:
Syair 1
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapat
Tuhanku, demikian malam pun berlalau
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku, Engkau terima
Hingga aku berhak merengguk bahagis
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemaha kuasaanMu
inilah yang akan selalau ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusianMu,
Andai Kau usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu
Syair 2
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku
Syair 3
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku
Syair 4
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki
Syair 5
Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu
Syair 6
Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau
Syair 7
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cintaMu
Hingga tak ada satupun yang mengganguku dalam jumpaMu
Tuhanku, bintang gemintang berkelip-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu pintu istana pun telah rapat
Tuhanku, demikian malam pun berlalau
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku, Engkau terima
Hingga aku berhak merengguk bahagis
Ataukah itu Kau tolak, hingga aku dihimpit duka,
Demi kemaha kuasaanMu
inilah yang akan selalau ku lakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusianMu,
Andai Kau usir aku dari pintuMu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu
Syair 2
Ya Allah, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di dunia ini,
Berikanlah kepada musuh-musuhMu
Dan apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku di akhirat nanti,
Berikanlah kepada sahabat-sahabatMu
Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku
Syair 3
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku
Syair 4
Ya Allah
Semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Di dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti, diantara segala kesenangan
Adalah untuk berjumpa denganMu
Begitu halnya dengan diriku
Seperti yang telah Kau katakana
Kini, perbuatlah seperti yang Engkau Kehendaki
Syair 5
Aku mencintaiMu dengan dua cinta
Cinta karena diriku dan cinta karena diriMu
Cinta karena diriku, adalah keadaan senantiasa mengingatMu
Cinta karena diriMu, adalah keadaanMu mengungkapkan tabir
Hingga Engkau ku lihat
Baik untuk ini maupun untuk itu
Pujian bukanlah bagiku
BagiMu pujian untuk semua itu
Syair 6
Buah hatiku, hanya Engkau yang kukasihi
Beri ampunlah pembuat dosa yang datang kehadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau
Syair 7
Hatiku tenteram dan damai jika aku diam sendiri
Ketika Kekasih bersamaku
CintaNya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahanNya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasiaNya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi mauMu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu dengan Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dariMu jua birahiku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerah
Hasratku adalah bersatu denganMu
Melabuhkan rindu
Syair 8
Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”
Syair 9
Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika akku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia
Sendiri daku bersama Cintaku
Waktu rahasia yang lebih lembut dari udara petang
Lintas dan penglihatan batin
Melimpahkan karunia atas doaku
Memahkotaiku, hingga enyahlah yang lain, sirna
Antara takjub atas keindahan dan keagunganNya
Dalam semerbak tiada tara
Aku berdiri dalam asyik-masyuk yang bisu
Ku saksikan yang datang dan pergi dalam kalbu
Lihat, dalam wajahNya
Tercampur segenap pesona dan karunia
Seluruh keindahan menyatu
Dalam wajahNya yang sempurna
Lihat Dia, yang akan berkata
“Tiada Tuhan selain Dia, dan Dialah Yang maha Mulia.”
Syair 9
Rasa riangku, rinduku, lindunganku,
Teman, penolong dan tujuanku,
Kaulah karibku, dan rindu padaMu
Meneguhkan daku
Apa bukan padaMu aku ini merindu
O, nyawa dan sahabatku
Aku remuk di rongga bumi ini
Telah banyak karunia Kau berikan
Telah banyak..
Namun tak ku butuh pahala
Pemberian ataupun pertolongan
CintaMu semata meliput
Rindu dan bahagiaku
Ia mengalir di mata kalbuku yang dahaga
Adapun di sisiMu aku telah tiada
Kau bikin dada kerontang ini meluas hijau
Kau adalah rasa riangku
Kau tegak dalam diriku
Jika akku telah memenuhiMu
O, rindu hatiku, aku pun bahagia
DIPOSKAN OLEH GUSTI ABDUL QODIIR ZAILANI AL-BANJARI
DI 01.15
syair
Jalaluddin Rumi
Ia berkata, “Siapa itu berada di pintu?”
Aku berkata, “Hamba sahaya Paduka.”
Ia berkata, “Kenapa kau ke mari?”
Aku berkata, “Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti.”
Ia berkata, “Berapa lama kau bisa bertahan?”
Aku berkata, “Sampai ada panggilan.”
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, “Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan.”
Aku berkata, “Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku.”
Ia berkata, “Saksi tidak sah, matamu juling.”
Aku berkata, “Karena wibawa keadilanMu mataku terbebas dari dosa.”
Aku berkata, “Hamba sahaya Paduka.”
Ia berkata, “Kenapa kau ke mari?”
Aku berkata, “Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti.”
Ia berkata, “Berapa lama kau bisa bertahan?”
Aku berkata, “Sampai ada panggilan.”
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, “Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan.”
Aku berkata, “Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku.”
Ia berkata, “Saksi tidak sah, matamu juling.”
Aku berkata, “Karena wibawa keadilanMu mataku terbebas dari dosa.”
(dikutip dari
/mnur89.blogspot.com)
Penyair Indonesia yang berperan besar dalam perkembangan
syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri
dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu,
Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
(dikutip dari plus.google.com)
Syair Perahu
Syair perahu merupakan salah satu karya Hamzah Fansuri, yaitu seorang penyair yang lahir pada akhir abad ke-16 di Barus atau Panchor, Sumatera Utara. Pada tahun 1726, Francois Valentijn dalam bukunya Oud en
Nieuw Oost-Indie (Hindia Timur Lama dan Baharu) pada bab mengenai Sumatera,
menyebut Hamzah Fansuri sebagai seorang penyair yang dilahirkan di Fansur.
Syair Perahu
(karya
Hamzah Fansuri)
Inilah
gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil hidupmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba'id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu 'azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na'am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
"yakin akan Allah" nama pawangnya.
"Taharat dan istinja'" nama lantainya,
"kufur dan masiat" air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
"Allahu Akbar" nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
"Wallahu a'lam" nama rantaunya,
"iradat Allah" nama bandarnya,
"kudrat Allah" nama labuhannya,
"surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam'ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
tanpa ada tujuan yg tetap,
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insan,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma'rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da'im dan ka'im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma'rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil hidupmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba'id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu 'azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na'am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
"yakin akan Allah" nama pawangnya.
"Taharat dan istinja'" nama lantainya,
"kufur dan masiat" air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
"Allahu Akbar" nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
"Wallahu a'lam" nama rantaunya,
"iradat Allah" nama bandarnya,
"kudrat Allah" nama labuhannya,
"surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam'ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
tanpa ada tujuan yg tetap,
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insan,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma'rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da'im dan ka'im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma'rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
(dikutip
dari ms.wikipedia.org)
Contoh
syair modern :
Aku
Ingin
(Sapardi Djoko Damono ,1989)
aku
ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan
kata yang tak sempat diucapkan
kayu
kepada api yang menjadikannya abu
aku
ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan
isyarat yang tak sempat disampaikan
awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Tidak Ada New York Hari Ini
(Aan Masnyur, 2016)
Tidak
ada New York hari ini.
Tidak
ada New York kemarin.
Aku
sendiri dan tidak berada di sini.
Semua
orang adalah orang lain.
Bahasa
ibu adalah kamar tidurku.
Kupeluk
tubuh sendiri.
Dan
cinta-kau tak ingin aku mematikan mata lampu.
Jendela
terbuka dan masa lampau memasukiku sebagai angin.
Meriang.
Meriang. Aku meriang.
Kau
yang panas di kening. Kau yang dingin dikenang.
Kerentaan Waktu
(Adimas Imannuel, 2014)
Dalam sakit dan sembuhku
terselip bayang pucat wajah
dan gemetar biru bibirmu,
ia membawa kabut ingatan
masuk dan luruh ke seluruh tubuh.
Sebab cinta seperti serbuk obat
yang hampir kadaluwarsa
dan menggerus kesadaran kita
hingga berlupa menghitung kini.
Dengan mata berkunang
kita jangkau kepastikan
meski kau bisa saja
menyembunyikan namaku
di balik ranjang tidurmu
sambil mengisi sendiri
hari kematianmu, sebab
maut adalah simpang antara
bangsal dan kosong tak terkira.
Dan hari depan masih menetes
di kantung infus, ia mengairi
diri yang kerontang, tak putus-putus
(dikutip dari kumparan.com)
Syair Orang Lapar
(Taufiq ismail)
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
(dikutip dari http://kumpulankumpulan-puisi.blogspot.com)
nice kak makasih infonya
BalasHapuskomatsu pc200