Pantun
Sejarah
pantun
Pantun berasal dari Melayu. Sastra melayu ditemui
disemenanjung dan pantai pesisir Malaysia timur, Kalimantan Barat, Kalmantan
Selatan, Kalimantan Timu (Pontianak), Ketapang, Banjar, Kutai, Brunei,
Deli-Serdang, Minangkabau, Riau, Sulawesi, Betawi, Jawa, Bali, Manado, Sulawesi
Selatan, Ambon, Bima, Lombok dan sebagainya. Pantun merupakan tradisi melayu
yang pemakaiannya sangat luas, emnyentuh berbagai aspek penghidupan orang
melayu. Pada masyarakat Melayu, pantun digunakan untuk bersendau gurau hingga
kea lam magis. Dari sumber yang ditemukan, baik dari hikayat-hikayat lama,
tradisi pantun yang kita warisi sekarang ini memiliki fungsi sebagai
penghubung.
Pantun adalah manifestasi pemikiran manusia Melayu
silam, karena pantun terlahir dari pemikiran jernih dan signifikan. Pantun
tercipta dari pemikiran yang arif-bijaksana dan tajam yang lahir dari
pengamatan mata yang peka dan rinci.
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagi
penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih
seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Pantun juga melatih
orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan denga kata yang
lain.
Secara social dari jaman dulu hingga sekarang, pantun
memiliki fungsi pergaulan yang kuat. Dikalangan pemuda sekarang, kemampuan
berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam
berpikir dan bermain dengan kata-kata. Hal yang penting, secara umum pantun
berperan sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Definisi
Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terdiri dari dua bagian,
yaitu sampiran da nisi.
Sampiran adalah : suatu kalimat yang djadikan sebagai acuan
untuk menyampaikan isi pantun. Biasanya terinspirasi dari kejadian alam,
kehidupan manusia, dan lain sebaginya.
Isi adalah : kalimat pesan yang ingin disampaikan
melalui pantun. Biasany berisi sindiran, nasehat, ajakan, dan lain sebaginya.
Nama
lain dari pantun
Ada banyak nama atau sebutan pantun dari beberapa daerah
di Indonesia, misalnya :
1. Umpasa
dari Suku Batak di Sumatra Utara
2. Paparikan
dari suku Sunda di daerah jawa Barat
3. Parikan
dari suku Jawa di daerah Jawa Tengah danJawa Timur
4. Londe
dari suku Toraja di TanahToraja
5. Panton
dari suku Ambon di Maluku
Ciri-ciri
Pantun
a. Tiap
bait terdiri dari 4 baris
b. Bersajak
ab-ab
c. Dua
baris pertama sebagai sampiran
d. Dua
baris berikutnya berupa isi
e. Tiap
baris terdiri dari 4 hingga 6 kata atau 8 hingga 12 suku kata
Contoh
Pantun :
Kemuning daunya lampai
Tubuh dijirat paduka tuan
Diatas dunia kau tak sampai
Didalam surge ada penantian
Batang selasih permainan budak
Daun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kebali juga
Burung merpati terbang seribu
Hinggap seekor ditengan taman
Hendak mati diujung kuku
Hendak berkubur ditapak tangan
Dari segi bentuknya, pantun dikelompokkan berdasarkan
jumlah baris atau sifatnya, yaitu antara lain :
1.
Karmina
/ pantun kilat
Yaitu : pantun yang terdiri dari dua
baris, baris pertama sebagi sampiran dan baris kedua sebagi isi.
Contoh :
Banyak
udang banyak garam
Banyak
orang banyak ragam
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan binasa
Sudah
gaharu cendana pula
Sudah
tahu bertanya pula
Pinggan tak retak nasi tak dingin
Orang tak hendak kami tak ingin
2.
Talibun
Yaitu : pantun yangmempunyai lebih dari
empat baris dalam satu bait. Biasanya terdiri dari enam hingga dua belas baris
dalam satu bait.
Contoh:
Anak
jantan anak temenggung
Pergi
memburu sampaii ke Gombak
Lalu
berhenti mengutip petai
Berani
buat berani tanggung
Kalau
takut dilambung ombak
Jangaan
berumah ditepi pantai
Bergayut-gayut si anak ungka
Cukup takut bila dimandi
Lari keluar masuk kekota
Sayang saudara masa bersuka
Sayang emak sayang abadi
Sayang kekasih masa bercinta
Berlayar perahu membawa kuini
Ke Tanjung Jati menghadap Paduka
Bunga kemboja sembah berkembang
Kalaulah tahu jadi begini
Tidaklah hati dibawa berduka
Kupilih hati saja orang lain
Contoh
: Talibun 8
Korek
parigi diparit seberang
Tepi
parit tumbuh mengkudu
Berselang
dengaan pohon pudding
Hidup
subur kanan dan kiri
Tuan
pergi dagang seorang
Tiada
saudara tempat mengadu
Tiada
saudara tempat berunding
Pandai-pandai
membawa diri
Siapa berlanggir ditepian
Biarlah sama-sama pulang
Ikut jalan kelembah
Melalui tanah yang rataa
Kakanda berlayar kelautan
Tak gentar mara yang datang
Adinda tinggal dirumah
Tidur bertilam air mata
c. Seloka
Yaitu : Pantun yang mempunyai urutan
atau berkait dan saling berhubungan dengan untaian pada kata berikutnya.
Contoh
:
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal Sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta doa kepada Tuhan
Anak ayam turun Sembilan
Mati satu tinggal delapan
Minta doa kepada Tuhan
Moga-moga Allah kabulkan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggallah tujuh
Moga-moga Allah kabulkan
Dapat nanti seorang jodoh
Anak ayam turunlah tujuh
Mati satu tinggallah enam
Dapat nanti seorang jodoh
Sebagaimana yang kau idamkan
Anak ayam turunlah enam
Mati satu tinggallah lima
Sebagimana yang kau idamkan
Elok muafakat hidup bersama
Pengelompokan Pantun berdasarkan isinya,
dibagi menjadi 3 yaitu :
a.
Pantun
anak-anak
1.
Pantun
bersuka cita
2.
Pantun
berduka cita
3.
Pantun
jenaka anak
b. Pantun orang muda
1.
Pantun
perkenalan
2.
Pantun
berkasih-kasihan
3.
Pantun
perpisahan
4.
Pantun
beribahati
5.
Pantun
dagang / nasib
6.
Pantun
jenaka anak muda
c. Pantun orang tua
1.
Pantun
adat
2.
Pantun
nasehat
3.
Pantun
agama
4.
Pantun
budi
Contoh
pantun :
1. Pantun Nasihat
Pantun yang bertujuan menyampaikan pesan moral dan pendidikan
berupa nasehat-nasehat.
Contoh:
Di jalan tak sengaja berjumpa daun sugi
Ingat manfaat, lantas cepat dibawa
Tiada belajar tiada yang rugi
Kecuali diri sendiri di masa tua
2. Pantun Jenaka
Sesuai namanya, jenis pantun yang satu ini memang
memiliki kandungan isi yang lucu dan menarik. Tujuannya tak lain untuk memberi
hiburan kepada orang yang mendengar ataupun membacanya. Tidak jarang pula,
pantun jenaka digunakan untuk menyampaikan sindiran akan kondisi masyarakat
yang dikemas dalam bentuk ringan dan jenaka.
Contoh:
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa
3. Pantun Agama
Jenis pantun yang satu ini memiliki kandungan isi yang
membahas mengenai manusia dengan pencipta-Nya. Tujuannya serupa dengan pantun
nasihat, yaitu memberikan pesan moral dan didikan kepada pendengar dan pembaca.
Akan tetapi, tema di pantun agama lebih spesifik karena memegang nilai-nilai dan
prinsip agama tertentu.
Contoh:
Kalau sudah duduk berdamai
Jangan lagi diajak perang
Kalau sunah sudah dipakai
Jangan lagi dibuang-buang
4. Pantun Teka-teki
Jenis pantun yang satu ini selalu memiliki ciri khas
khusus di bagian isinya, yakni diakhiri dengan pertanyaan pada larik terakhir.
Tujuan dari pantun ini umumnya untuk hiburan dan mengakrabkan kebersamaan.
Contoh:
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian, saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?
5. Pantun Berkasih-kasihan
Sama dengan namanya, isi dari jenis pantun yang satu ini
erat kaitannya dengan cinta dan kasih sayang. Umumnya, pantun berkasih-kasihan
tenar di kalangan muda-mudi Melayu untuk menyampaikan perasaan mereka kepada
kekasih maupun orang yang disukainya.
Contoh:
Jelas sudah muram si duda
Karena kasihnya tiada lagi asa
Tiada detik bias wajah dinda
Hingga lapar tak lagi terasa
6. Pantun Anak
Tidak hanya untuk orang dewasa, pantun bisa juga
disampaikan untuk anak-anak. Tentu saja isinya lebih ringan dan menyangkut
hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh si kecil. Tujuan awal dari jenis pantun
yang satu ini adalah untuk mengakrabkan anak dengan pantun, sekaligus
memberikan didikan moral bagi mereka.
Contoh:
Kita menari ke luar bilik
Sembarang tari kita tarikan
Kita bernyanyi bersama adik
Sembarang lagi kita nyanyikan
Refensi dari buku Pintar Pantun dan Pusisi, oleh Drs.
Budiono penerbit Bintang Indonesia.
Semoga Bermanfaat ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar