Makna Kata
Makna adalah arti atau
maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya,
peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata
itu (Tjiptadi, 1984:19).
Kata dasar yang sama sering
menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa. Pilihan dan penggunaan kata harus sesuai
dengan makna yang terkandung didalamnya. Bahasa yang digunakan harus mudah
dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya.
Ada beberapa istilah yang
berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif,
makna leksikal, makna gramatikal.
1. Kata Denotatif
Kata denotative adalah sebuah
kata yang mengandung makna yang sebenarnya. Kata denotative biasanya digunakan
dalam teks ilmiah. Dalam teks ilmiah
seseorang yang ingin menyampaikan gagasannya harus menggunakan kata maupun
kalimaat denotative. Hal ini harus dilakukan agar gagasan yang disampaikan tidak
menimbulkan tafsiran ganda.
Makna denotatif ialah makna
dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa
kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah
makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang
sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan
pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan
atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas
konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Contoh
kata denotative :
a.
Daun muda
Ibu
sedang memetik pucuk daun muda untuk dijadikan lalapan.
b.
Meja hijau
Ayah
sedang memindahkan meja hijau itu keruang tengah.
c.
Tinta emas
Perias
itu menggunakan tinta emas untuk menghias kening pengantin dengan model khas
adat jogja yaitu paes ageng.
2. Kata Konotatif
Kata konotatif adalah kata
mengandung nilai-nilai emosi tertentu yang berupa kiasan. Kata yang tersusun
dalam kalmat dapat mengungkapkan gagasan, pendapat atau hasil pemikiran. Jika
ingin menambahkan suatu emosi tertentu, maka dapaat menggunkan kata atau
kalimat yang bermakna konotatif. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan
tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang
diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif. Dua kata yang
sama, akan menimbukabn makna yang berbeda jika susunan kata dalam kalimat itu
dirubah.
Contohnya:
- Kursi
Pemilu tahun ini untuk mengisi 500 kursi
dipemerintah pusat.
- Pil
pahit
Hidupku terasa menelan pil pahit untuk tahun
ini.
- Meja
hijau
Masalah sengketa tanah itu akhirnya
diselesaikan dimeja hijau.
3. Kata Leksikal
kata Leksikal ialah kata yang
memiliki makna seperti dalam kamus. istilah leksikal berasal dari leksikon yang
berarti kamus.
Contohnya : Batin = hati
Belai
= usap
Cela = cacat
4. Kata Gramatikal
Kata gramatikal adalah
makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa. istilah gramatikal
dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagai hasil
peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada
kata gantungan adalah alat.
Contoh :
Kata gramatikal
|
makna
|
1. Kata
adik ibu yani, itu wanita yang baik.
|
Wanita
itu baik
|
2. Kata
adik ibu, yani itu wanita yang baik.
|
Yani
itu baik
|
3. Kata
adik, ibu Yani itu wanita yang baik.
|
Ibu
Yani itu baik
|
4. Makna
Asosiatif
Makna asosiatif mencakup
keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan
masyarakat pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, perasaan pemakai bahasa,
nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak
pemakai bahasa.
Makna asosiatif dibagi
menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna
stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Kolokasi diartikan sebagai
semua kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Sedangkan
makna kolokatif adalah makna yang timbul dari penggunaan beberapa kata di dalam
lingkungan yang sama. Makna kolokatif juga diartikan sebagai makna yang
berkaitan dengan ciri-ciri tertentu dari sejumlah kata yang bersinonim.
Kata-kata ini harus sepadan dan sesuai tempatnya. Jenis makna ini sebenarnya
termasuk dalam jenis makna asosiatif. Contoh sederhana makna kolokatif antara
lain:
- Bawang,
cabai, kunyit, jahe, garam, berkolokasi dengan bumbu masak.
- Cantik,
seksi, molek, berkolokasi dengan wanita.
- Ganteng,
tampan, berkolokasi dengan laki-laki.
- Sabun,
sikat gigi, pasta gigi, sampo, berkolokasi dengan peralatan mandi.
- Kasur,
bantal, guling, berkolokasi dengan kamar tidur.
- Dokter,
perawat, berkolokasi dengan rumah sakit.
- Jarum,
benang, mesin jahit, berkolokasi dengan peralatan menjahit
- Motor,
mobil, bis, berkolokasi dengan kendaraan bermotor.
- Gurame,
nila, bawal, berkolokasi dengan jenis ikan tawar.
- Piring,
gelas, sendok, berkolokasi dengan peralatan makan.
- Panci,
penggorengan, ceret, berkolokasi dengan peralatan masak.
- Batu
bata, semen, pasir, berkolokasi dengan bahan bangunan.
- Bayam,
kangkung, sawi, berkolokasi dengan sayuran.
- Gajah,
singa, buaya, berkolokasi dengan hewan.
- Anjing,
kucing, ayam, berkolokasi dengan hewan peliharaan.
- Terigu,
margarin, telur, baking powder, berkolokasi dengan bahan roti.
- Lemah
lembut, penyayang, sabar, berkolokasi dengan sifat ibu.
- Tegas,
disiplin, berkolokasi dengan sifat ayah.
- Sajadah,
mukena, sarung, berkolokasi dengan peralatan sholat.
- Kedelai,
tempe, telur, berkolokasi dengan sumber protein.
- Kalung,
gelang, anting, cincin, berkolokasi dengan perhiasan.
2.
Makna Reflektif
Makna refleksi timbul
akibat ada hubungan antara makna konseptual yang satu dengan makna konseptual
yang lainnya. Hubungan kedua makna ini ditimbulkan oleh penyapa atau pembicara,
sehingga ada efek berupa refleksi kepada makna yang lain. Makna refleksi erat
kaitannya dengan hal-hal yang bersifat sakral (berhubungan dengan kepercayaan),
tabu (berupa larangan atas suatu hal), dan tata krama (tentang kesopanan).
Makna refleksi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu makna piktoral dan makna gereplektif. Makna refleksi
yang berkaitan dengan hal yang sakral dan tabu disebut dengan makna piktoral.
Sedangkan makna refleksi yang berkaitan dengan tata krama disebut dengan makna
gereplektif.
1.
Makna Piktoral
Makna
piktoral berkaitan dengan perasaan pendengar atau pembaca. Jenis makna ini
biasanya ditemukan pada kata-kata yang kurang pantas digunakan, sehingga
dianggap tabu. Pemakaian kata-kata seperti ini kemudian akan menjadikan orang
yang menggunakannya dipandang sebagai orang yang kurang sopan. Kata yang
bermakna piktoral biasanya akan menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.
Kata-kata semacam ini seperti kata-kata yang berhubungan dengan kotoran, seks,
cacat, kematian. Untuk menghindari pemakaian kata yang bermakna piktoral,
biasanya digunakan kata-kata lain yang lebih halus. Contoh kata yang bermakna
piktoral antara lain:
1. Kata “buta”
diperhalus menjadi “tuna netra”
2. Kata “pelacur”
diperhalus menjadi “tuna susila”
3. Kata “tewas”
diperhalus menjadi “meninggal”
4. Kata “tewas
(pejuang)” diperhalus menjadi “gugur”
5. Kata “bersetubuh”
diperhalus menjadi ” bersenggama”
6. Kata “bangkai”
diperhalus menjadi “jenazah”
7. Kata “tuli”
diperhalus menjadi “tuna rungu”
8. Kata “gelandangan”
diperhalus menjadi “tuna wisma”
9. Kata “bodoh”
diperhalus menjadi “kurang pandai”
10. Kata “dikubur”
diperhalus menjadi “dimakamkan”
11. Kata “kuburan”
diperhalus menjadi “pemakaman”
12. Kata “berak”
diperhalus menjadi “buang air besar”
13. Kata “mencret”
diperhalus menjadi “diare”
Selain
muncul dari penggunaan kata, makna piktoral dapat juga muncul karena penggunaan
kalimat secara utuh. Kalimat yang dimaksud di sini adalah kalimat yang
mengarahkan pembaca atau pendengar kepada rasa jijik sehingga dapat
mempengaruhi aktivitasnya yang lain. Misalkan saja ketika ia sedang makan, lalu
mendengar seseorang berbicara tentang hal-hal yang menjijikkan maka seketika
itu juga ia merasa jijik dan secara spontan menghentikan makannya. Kalimat ini
disebut dengan kalimat bermakna piktoral.
2.
Makna Gereplektif
Makna
gereplektif disebut juga sebagai makna pantangan. Makna gereplektif berhubungan
dengan kepercayaan yang bersifat magis. Bagi masyarakat tertentu, beberapa kata
yang mengandung makna gereplektif pantang untuk diucapkan, sehingga sebaiknya
diganti dengan kata lain yang bermakna sama. Contoh kata yang bermakna
gereplektif antara lain:
1. Kata “harimau”
diganti dengan “raja hutan”
2. Kata “ular” diganti
dengan “tali /ikat pinggang”
3. Kata “darah” diganti
dengan “keringat”
4. Kata “gajah” diganti
dengan “kaki bumbung”
5. Kata “hantu” diganti
dengan “nenek”
6. Kata “tikus” diganti
dengan “den bagus”
7. Kata “koruptor”
diganti dengan “tikus kantor”
8. Kata “penipu wanita”
diganti dengan “buaya darat”
Contoh Makna Refleksi
Ulasan di atas telah
memaparkan beberapa contoh kata bermakna refleksi, baik yang tergolong makna
piktorial maupun makna gereplektif. Pada tahap ini akan diberikan contoh
penggunaan kata bermakna refleksi dalam kalimat.
1.
Pada
peristiwa Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta banyak pejuang yang gugur dalam
melawan penjajah.
2.
Dalam
razia kemarin malam, polisi dan Pol PP berhasil menjaring puluhan tuna
susila.
3.
Anak
itu kurang pandai, jika ia mau rajin belajar pasti bisa sukses.
4.
Walaupun
mereka itu tuna netra, tetapi keahliannya sungguh luar biasa.
5.
Pemerintah
hampir kewalahan untuk menertibkan para tuna wisma dan meminta
mereka untuk tinggal di tempat khusus yang telah disediakan dinas sosial.
6.
Akibat
terlalu banyak mengkonsumsi sambal, tadi pagi aku diare.
7.
Penemuan jenazah bayi
di pinggir kali Gajah menggemparkan masyarakat sekitar kali.
8.
Islam
mengatur dengan jelas cara bersenggama manusia agar tidak
menyerupai binatang.
9.
Pekerjaannya
sebagai tuna susila bukanlah pilihannya, justru orang
terdekatnya lah yang menjerumuskannya ke dunia gelap ini sejak ia masih remaja.
10.
Walaupun
ia seorang tuna rungu, tapi ia selalu berusaha sama seperti yang
lain.
11.
Setiap
orang tentu ingin meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.
12.
Kakek
selalu mengingatkan untuk tidak bermain-main di dalam hutan saat malam hari,
karena sang raja hutan selalu mencari mangsa.
13.
Buah
pepaya dan pisang ambon dapat melancarkan buang air besar.
14.
Kancil
mengelabui pemangsanya dengan ikat pinggang dari raja
Sulaiman.
15.
Ayah
akan mempertaruhkan seluruh darahnya untuk kehidupan anak-anaknya.
16.
Kaki bumbung akan selalu mengingat orang yang
berjasa kepadanya walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.
17.
Riko
selalu takut pergi ke pemakaman karena pernah diganggu oleh nenek di
tempat itu.
18.
Akibat
serangan den bagus, tanaman palawija kakek dan nenek terancam gagal
panen.
19.
Pemerintah
harus serius membasmi tikus kantor yang bersemayam hampir di
semua lembaga pemerintahan.
20.
Setelah
tobat menjadi buaya darat, Romi kini berubah menjadi seorang
laki-laki yang senantiasa menghormati wanita.
21.
Jenazah
yang ditemukan tanpa identitas tetap dimakamkan secara layak.
22.
Setelah
ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka, kelima bersaudara itu kini
menjadi tuna wisma.
23.
Kotoran
itu sangat bau dan menjijikkan sekali.
24.
Gang
kecil di tengah pasar itu penuh dengan sampah yang berbelatung.
25.
Kakus
itu sangat kotor, kotorannya tersebar di mana-mana.
26.
Kucing
mati itu kini dipenuhi oleh ratusan bahkan ribuan belatung yang
menggeliat-liat.
27.
Bau
sampah ini sangat menusuk di hidung.
28.
Jenazah
kebakaran itu hangus hingga menghitam seperti arang.
29.
Akibat
tidak ada keluarga yang mengurus, nenek renta itu hanya terbaring dengan
kotoran yang tersebar di sekitarnya.
30.
Jangan
pernah kau sebut nama itu, nama itu membuatku sangat mual.
(dikutip
dari dosenbahasa.com
3.
Makna Stilistika
Makna stilistik adalah makna
yang terjadi akibat pemakaian gaya bahasa tertentu. Dalam kata stilistik
digunakan gaya bahasa yang dipilih oleh penulis yang berfungsi memengaruhi
ketebalan emosi pada setiap pilihan kata yang diucapkan. Sehingga pemakaian
kata yang dipilih akan memengaruhi pembaca. Makna stilistik sering digunakan
penulis atau penyair untuk memperindah tulisan dan memberikan kesan tertentu.
Hal inilah yang menjadikan makna stilistik berkaitan erat dengan karya sastra.
Makna stilistik sendiri
terdiri dari beberapa macam makna, yaitu makna stilistik perbandingan,
makna stilistik pertautan, makna stilistik perulangan, dan makna stilistik
pertentangan. Ilmu stilistika yang merupakan cabang ilmu linguistik yang
menitikberatkan pada analisis gaya bahasa atau majas.
Contoh Kata dan kalimat
Stilistik:
a.
Kasih ibu abadi
sepanjang masa bagai sang surya menyinari dunia.
b.
Kita harus memiliki
pendirian yang kuat, jangan seperti air di atas daun talas.
c.
Sudah dua bulan dia
tidak kelihatan batang hidungnya. (batang hidung = orangnya).
d.
Sungguh dia tidak
punya hati telah membunuh temanya sendiri. hati = perasaan).
e.
Kami ditugaskan untuk
menjagamu, merawatmu, mendampingimu, dan menemanimu kawan.
f.
Kita harus belajar,
belajar, dan belajar lagi untuk lebih dewasa.
g.
Demi perjuangan
Indonesia kita harus berlatih, berlatih, dan berlatih tanpa kenal lelah.
h.
Kaulah pelangi, kau
lah mentari, dan kau lah embun yang menemani setiap pagiku.
i.
Jangnlah rakus,
janganlah serakah, janganlah gegabah jika tidak ingin terjerumus dalam liang
dosa.
j.
Aku merasa asing
bahkan di kampung halamanku sendiri.
k.
Bau mulutnya seperti
melati merekah sampai kami harus menutup hidung ketika bicara dengannya.
l.
Dingin sekali siang
ini sampai-sampai kulitku menjadi hitam terbakar sinar matahari.
m. Pak Mamat terkenal dermawan sampai sampai kita
meminjam uang seribu perak pun dia tidak rela.
n.
Kamarmu sangat rapih
sekali, sampai kaos kaki tergeletak dimana-mana.
(dikutip
dari mengakujenius.com)
4. Makna Afektif
Makna afektif sendiri dapat
diartikan sebagai makna yang muncul karena penggunaan kata atau kalimat
tertentu. Pendengar atau pembaca akan mempunyai perbedaan perasaan saat membaca
atau mendengar kata yang mengandung makna afektif. Penggunaan gaya bahasa
sangat berpengaruh dalam hal ini. Makna afektif juga biasa disebut dengan makna
emotif.
Contoh Makna Afektif dalam
Kalimat
Agar lebih memahami makna
afektif, berikut disajikan beberapa contoh penggunaan kata bermakna afektif
dalam kalimat.
a.
Kasus pemerkosaan mahasiswa
cantik itu tengah diselidiki oleh polisi.
- Pak
Ridho selalu mengerahkan algojo untuk siapa saja yang
tidak membayar hutang tepat waktu.
- Aksi memukau Bambang
Pamungkas dalam pertandingan sepak bola sore tadi membuat penggemarnya
berteriak histeris.
- Rini
mengajak teman-temannya untuk aktif dalam gerakan
“Menanam Seribu Pohon” guna mengurangi efek rumah kaca.
- Eksistensi Nani
Wijaya sebagai aktris senior tidak pernah diragukan oleh para juniornya.
- Drama
penyanderaan bos
minyak berakhir dengan tragis untuk kedua belah pihak.
- Wilayah dirgantara
Indonesia selalu dijaga oleh para tentara agar aman dari intaian musuh.
- Ayah
membawakan ceramah pada acara pengajian akbar menyambut
bulan suci Ramadhan.
- Fantasi Miko
membawanya tidak sadarkan diri dan berbuat yang tidak sesuai norma.
- Figur Bung
Karno tidak ditemukan lagi di zaman masa kini.
- Film
tentang biografi Mantan Presiden RI BJ. Habibie sukses
menarik perhatian semua kalangan.
- Harta
dan tahta bukanlah
hal utama dari satu kehidupan.
- Perkataan
ayah dan ibu tadi pagi sampai menusuk di kalbu
n.
Imajinasi Poppy tentang sosok misterius itu
berhasil mempengaruhi teman-temannya.
- Ada
peneliti yang mengungkapkan telah menemukan jejak bahtera Nabi
Nuh.
- Jejak pencuri
ini mengarah ke dalam hutan rimba yang sangat menakutkan.
- Jika
sedang akur, kedua anak itu tidak pernah terpisahkan sedetik
pun.
- Rencanakan
semua hal dengan benar dan teliti, jangan sampai semua jadi berabe.
- Kami
sekeluarga mengobrol santai sampai-sampai lupa waktu.
- Bidikan
Jatmiko meleset dari sasaran awal.
(dikutip
dari https://dosenbahasa.com)
5. Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah
makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau
pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).
Dalam
KBBI interpretatif bermakna adanya kesan, pendapat dan
pandangan; berhubungan dengan adanya tafsiran
(dikutip
dari www.kajianpustaka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar