Rabu, 03 Oktober 2018

Makna Kata Bahasa Indonesia, lengkap dengan penjelasan dan contoh-contoh


Makna Kata
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
Kata dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa.  Pilihan dan penggunaan kata harus sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya. Bahasa yang digunakan harus mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.
1.  Kata Denotatif
Kata denotative adalah sebuah kata yang mengandung makna yang sebenarnya. Kata denotative biasanya digunakan dalam teks ilmiah.  Dalam teks ilmiah seseorang yang ingin menyampaikan gagasannya harus menggunakan kata maupun kalimaat denotative. Hal ini harus dilakukan agar gagasan yang disampaikan tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Contoh kata denotative :
a.    Daun muda
Ibu sedang memetik pucuk daun muda untuk dijadikan lalapan.
b.    Meja hijau
Ayah sedang memindahkan meja hijau itu keruang tengah.
c.    Tinta emas
Perias itu menggunakan tinta emas untuk menghias kening pengantin dengan model khas adat jogja yaitu paes ageng.

2.  Kata Konotatif
Kata konotatif adalah kata mengandung nilai-nilai emosi tertentu yang berupa kiasan. Kata yang tersusun dalam kalmat dapat mengungkapkan gagasan, pendapat atau hasil pemikiran. Jika ingin menambahkan suatu emosi tertentu, maka dapaat menggunkan kata atau kalimat yang bermakna konotatif. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif. Dua kata yang sama, akan menimbukabn makna yang berbeda jika susunan kata dalam kalimat itu dirubah.
Contohnya:
-      Kursi
Pemilu tahun ini untuk mengisi 500 kursi dipemerintah pusat.
-      Pil pahit
Hidupku terasa menelan pil pahit untuk tahun ini.
-      Meja hijau
Masalah sengketa tanah itu akhirnya diselesaikan dimeja hijau.

3.  Kata Leksikal
kata Leksikal ialah kata yang memiliki makna seperti dalam kamus. istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus.
Contohnya : Batin = hati
Belai = usap
Cela  = cacat

4.  Kata Gramatikal
Kata gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa. istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagai hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.
Contoh :
Kata gramatikal
makna
1.    Kata adik ibu yani, itu wanita yang baik.
Wanita itu baik
2.    Kata adik ibu, yani itu wanita yang baik.
Yani itu baik
3.    Kata adik, ibu Yani itu wanita yang baik.
Ibu Yani itu baik

4.  Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa.
Makna asosiatif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Kolokasi diartikan sebagai semua kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Sedangkan makna kolokatif adalah makna yang timbul dari penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Makna kolokatif juga diartikan sebagai makna yang berkaitan dengan ciri-ciri tertentu dari sejumlah kata yang bersinonim. Kata-kata ini harus sepadan dan sesuai tempatnya. Jenis makna ini sebenarnya termasuk dalam jenis makna asosiatif. Contoh sederhana makna kolokatif antara lain:
  1. Bawang, cabai, kunyit, jahe, garam, berkolokasi dengan bumbu masak.
  2. Cantik, seksi, molek, berkolokasi dengan wanita.
  3. Ganteng, tampan, berkolokasi dengan laki-laki.
  4. Sabun, sikat gigi, pasta gigi, sampo, berkolokasi dengan peralatan mandi.
  5. Kasur, bantal, guling, berkolokasi dengan kamar tidur.
  6. Dokter, perawat, berkolokasi dengan rumah sakit.
  7. Jarum, benang, mesin jahit, berkolokasi dengan peralatan menjahit
  8. Motor, mobil, bis, berkolokasi dengan kendaraan bermotor.
  9. Gurame, nila, bawal, berkolokasi dengan jenis ikan tawar.
  10. Piring, gelas, sendok, berkolokasi dengan peralatan makan.
  11. Panci, penggorengan, ceret, berkolokasi dengan peralatan masak.
  12. Batu bata, semen, pasir, berkolokasi dengan bahan bangunan.
  13. Bayam, kangkung, sawi, berkolokasi dengan sayuran.
  14. Gajah, singa, buaya, berkolokasi dengan hewan.
  15. Anjing, kucing, ayam, berkolokasi dengan hewan peliharaan.
  16. Terigu, margarin, telur, baking powder, berkolokasi dengan bahan roti.
  17. Lemah lembut, penyayang, sabar, berkolokasi dengan sifat ibu.
  18. Tegas, disiplin, berkolokasi dengan sifat ayah.
  19. Sajadah, mukena, sarung, berkolokasi dengan peralatan sholat.
  20. Kedelai, tempe, telur, berkolokasi dengan sumber protein.
  21. Kalung, gelang, anting, cincin, berkolokasi dengan perhiasan.

2. Makna Reflektif
Makna refleksi timbul akibat ada hubungan antara makna konseptual yang satu dengan makna konseptual yang lainnya. Hubungan kedua makna ini ditimbulkan oleh penyapa atau pembicara, sehingga ada efek berupa refleksi kepada makna yang lain. Makna refleksi erat kaitannya dengan hal-hal yang bersifat sakral (berhubungan dengan kepercayaan), tabu (berupa larangan atas suatu hal), dan tata krama (tentang kesopanan).
Makna refleksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu makna piktoral dan makna gereplektif. Makna refleksi yang berkaitan dengan hal yang sakral dan tabu disebut dengan makna piktoral. Sedangkan makna refleksi yang berkaitan dengan tata krama disebut dengan makna gereplektif.
1. Makna Piktoral
Makna piktoral berkaitan dengan perasaan pendengar atau pembaca. Jenis makna ini biasanya ditemukan pada kata-kata yang kurang pantas digunakan, sehingga dianggap tabu. Pemakaian kata-kata seperti ini kemudian akan menjadikan orang yang menggunakannya dipandang sebagai orang yang kurang sopan. Kata yang bermakna piktoral biasanya akan menyinggung perasaan pendengar atau pembaca. Kata-kata semacam ini seperti kata-kata yang berhubungan dengan kotoran, seks, cacat, kematian. Untuk menghindari pemakaian kata yang bermakna piktoral, biasanya digunakan kata-kata lain yang lebih halus. Contoh kata yang bermakna piktoral antara lain:
1.     Kata “buta” diperhalus menjadi “tuna netra”
2.     Kata “pelacur” diperhalus menjadi “tuna susila”
3.     Kata “tewas” diperhalus menjadi “meninggal”
4.     Kata “tewas  (pejuang)” diperhalus menjadi “gugur”
5.     Kata “bersetubuh” diperhalus menjadi ” bersenggama”
6.     Kata “bangkai” diperhalus menjadi “jenazah”
7.     Kata “tuli” diperhalus menjadi “tuna rungu”
8.     Kata “gelandangan” diperhalus menjadi “tuna wisma”
9.     Kata “bodoh” diperhalus menjadi “kurang pandai”
10.  Kata “dikubur” diperhalus menjadi “dimakamkan”
11.  Kata “kuburan” diperhalus menjadi “pemakaman”
12.  Kata “berak” diperhalus menjadi “buang air besar”
13.  Kata “mencret” diperhalus menjadi “diare”
Selain muncul dari penggunaan kata, makna piktoral dapat juga muncul karena penggunaan kalimat secara utuh. Kalimat yang dimaksud di sini adalah kalimat yang mengarahkan pembaca atau pendengar kepada rasa jijik sehingga dapat mempengaruhi aktivitasnya yang lain. Misalkan saja ketika ia sedang makan, lalu mendengar seseorang berbicara tentang hal-hal yang menjijikkan maka seketika itu juga ia merasa jijik dan secara spontan menghentikan makannya. Kalimat ini disebut dengan kalimat bermakna piktoral.
2. Makna Gereplektif
Makna gereplektif disebut juga sebagai makna pantangan. Makna gereplektif berhubungan dengan kepercayaan yang bersifat magis. Bagi masyarakat tertentu, beberapa kata yang mengandung makna gereplektif pantang untuk diucapkan, sehingga sebaiknya diganti dengan kata lain yang bermakna sama. Contoh kata yang bermakna gereplektif antara lain:
1.     Kata “harimau” diganti dengan “raja hutan”
2.     Kata “ular” diganti dengan “tali /ikat pinggang”
3.     Kata “darah” diganti dengan “keringat”
4.     Kata “gajah” diganti dengan “kaki bumbung”
5.     Kata “hantu” diganti dengan “nenek”
6.     Kata “tikus” diganti dengan “den bagus”
7.     Kata “koruptor” diganti dengan “tikus kantor”
8.     Kata “penipu wanita” diganti dengan “buaya darat”
Contoh Makna Refleksi
Ulasan di atas telah memaparkan beberapa contoh kata bermakna refleksi, baik yang tergolong makna piktorial maupun makna gereplektif. Pada tahap ini akan diberikan contoh penggunaan kata bermakna refleksi dalam kalimat.
1.    Pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta banyak pejuang yang gugur dalam melawan penjajah.
2.    Dalam razia kemarin malam, polisi dan Pol PP berhasil menjaring puluhan tuna susila.
3.    Anak itu kurang pandai, jika ia mau rajin belajar pasti bisa sukses.
4.    Walaupun mereka itu tuna netra, tetapi keahliannya sungguh luar biasa.
5.    Pemerintah hampir kewalahan untuk menertibkan para tuna wisma dan meminta mereka untuk tinggal di tempat khusus yang telah disediakan dinas sosial.
6.    Akibat terlalu banyak mengkonsumsi sambal, tadi pagi aku diare.
7.    Penemuan jenazah bayi di pinggir kali Gajah menggemparkan masyarakat sekitar kali.
8.    Islam mengatur dengan jelas cara bersenggama manusia agar tidak menyerupai binatang.
9.    Pekerjaannya sebagai tuna susila bukanlah pilihannya, justru orang terdekatnya lah yang menjerumuskannya ke dunia gelap ini sejak ia masih remaja.
10. Walaupun ia seorang tuna rungu, tapi ia selalu berusaha sama seperti yang lain.
11. Setiap orang tentu ingin meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.
12. Kakek selalu mengingatkan untuk tidak bermain-main di dalam hutan saat malam hari, karena sang raja hutan selalu mencari mangsa.
13. Buah pepaya dan pisang ambon dapat melancarkan buang air besar.
14. Kancil mengelabui pemangsanya dengan ikat pinggang dari raja Sulaiman.
15. Ayah akan mempertaruhkan seluruh darahnya untuk kehidupan anak-anaknya.
16. Kaki bumbung akan selalu mengingat orang yang berjasa kepadanya walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.
17. Riko selalu takut pergi ke pemakaman karena pernah diganggu oleh nenek di tempat itu.
18. Akibat serangan den bagus, tanaman palawija kakek dan nenek terancam gagal panen.
19. Pemerintah harus serius membasmi tikus kantor yang bersemayam hampir di semua lembaga pemerintahan.
20. Setelah tobat menjadi buaya darat, Romi kini berubah menjadi seorang laki-laki yang senantiasa menghormati wanita.
21. Jenazah yang ditemukan tanpa identitas tetap dimakamkan secara layak.
22. Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka, kelima bersaudara itu kini menjadi tuna wisma.
23. Kotoran itu sangat bau dan menjijikkan sekali.
24. Gang kecil di tengah pasar itu penuh dengan sampah yang berbelatung.
25. Kakus itu sangat kotor, kotorannya tersebar di mana-mana.
26. Kucing mati itu kini dipenuhi oleh ratusan bahkan ribuan belatung yang menggeliat-liat.
27. Bau sampah ini sangat menusuk di hidung.
28. Jenazah kebakaran itu hangus hingga menghitam seperti arang.
29. Akibat tidak ada keluarga yang mengurus, nenek renta itu hanya terbaring dengan kotoran yang tersebar di sekitarnya.
30. Jangan pernah kau sebut nama itu, nama itu membuatku sangat mual.
(dikutip dari dosenbahasa.com
3. Makna Stilistika
Makna stilistik adalah makna yang terjadi akibat pemakaian gaya bahasa tertentu. Dalam kata stilistik digunakan gaya bahasa yang dipilih oleh penulis yang berfungsi memengaruhi ketebalan emosi pada setiap pilihan kata yang diucapkan. Sehingga pemakaian kata yang dipilih akan memengaruhi pembaca. Makna stilistik sering digunakan penulis atau penyair untuk memperindah tulisan dan memberikan kesan tertentu. Hal inilah yang menjadikan makna stilistik berkaitan erat dengan karya sastra.
Makna stilistik sendiri terdiri dari beberapa macam makna, yaitu makna stilistik  perbandingan, makna stilistik pertautan, makna stilistik perulangan, dan makna stilistik pertentangan. Ilmu stilistika yang merupakan cabang ilmu linguistik yang menitikberatkan pada analisis gaya bahasa atau majas.
Contoh Kata dan kalimat Stilistik:
a.    Kasih ibu abadi sepanjang masa bagai sang surya menyinari dunia.
b.    Kita harus memiliki pendirian yang kuat, jangan seperti air di atas daun talas.
c.    Sudah dua bulan dia tidak kelihatan batang hidungnya. (batang hidung = orangnya).
d.    Sungguh dia tidak punya hati telah membunuh temanya sendiri. hati = perasaan).
e.    Kami ditugaskan untuk menjagamu, merawatmu, mendampingimu, dan menemanimu kawan.
f.     Kita harus belajar, belajar, dan belajar lagi untuk lebih dewasa.
g.    Demi perjuangan Indonesia kita harus berlatih, berlatih, dan berlatih tanpa kenal lelah.
h.    Kaulah pelangi, kau lah mentari, dan kau lah embun yang menemani setiap pagiku.
i.     Jangnlah rakus, janganlah serakah, janganlah gegabah jika tidak ingin terjerumus dalam liang dosa.
j.     Aku merasa asing bahkan di kampung halamanku sendiri.
k.    Bau mulutnya seperti melati merekah sampai kami harus menutup hidung ketika bicara dengannya.
l.     Dingin sekali siang ini sampai-sampai kulitku menjadi hitam terbakar sinar matahari.
m.  Pak Mamat terkenal dermawan sampai sampai kita meminjam uang seribu perak pun dia tidak rela.
n.    Kamarmu sangat rapih sekali, sampai kaos kaki tergeletak dimana-mana.
(dikutip dari mengakujenius.com)
4. Makna Afektif
Makna afektif sendiri dapat diartikan sebagai makna yang muncul karena penggunaan kata atau kalimat tertentu. Pendengar atau pembaca akan mempunyai perbedaan perasaan saat membaca atau mendengar kata yang mengandung makna afektif. Penggunaan gaya bahasa sangat berpengaruh dalam hal ini. Makna afektif juga biasa disebut dengan makna emotif.
Contoh Makna Afektif dalam Kalimat
Agar lebih memahami makna afektif, berikut disajikan beberapa contoh penggunaan kata bermakna afektif dalam kalimat.
a.    Kasus pemerkosaan mahasiswa cantik itu tengah diselidiki oleh polisi.
  1. Pak Ridho selalu mengerahkan algojo untuk siapa saja yang tidak membayar hutang tepat waktu.
  2. Aksi memukau Bambang Pamungkas dalam pertandingan sepak bola sore tadi membuat penggemarnya berteriak histeris.
  3. Rini mengajak teman-temannya untuk aktif dalam gerakan “Menanam Seribu Pohon” guna mengurangi efek rumah kaca.
  4. Eksistensi Nani Wijaya sebagai aktris senior tidak pernah diragukan oleh para juniornya.
  5. Drama penyanderaan bos minyak berakhir dengan tragis untuk kedua belah pihak.
  6. Wilayah dirgantara Indonesia selalu dijaga oleh para tentara agar aman dari intaian musuh.
  7. Ayah membawakan ceramah pada acara pengajian akbar menyambut bulan suci Ramadhan.
  8. Fantasi Miko membawanya tidak sadarkan diri dan berbuat yang tidak sesuai norma.
  9. Figur Bung Karno tidak ditemukan lagi di zaman masa kini.
  10. Film tentang biografi Mantan Presiden RI BJ. Habibie sukses menarik perhatian semua kalangan.
  11. Harta dan tahta bukanlah hal utama dari satu kehidupan.
  12. Perkataan ayah dan ibu tadi pagi sampai menusuk di kalbu
n.    Imajinasi Poppy tentang sosok misterius itu berhasil mempengaruhi teman-temannya.
  1. Ada peneliti yang mengungkapkan telah menemukan jejak bahtera Nabi Nuh.
  2. Jejak pencuri ini mengarah ke dalam hutan rimba yang sangat menakutkan.
  3. Jika sedang akur, kedua anak itu tidak pernah terpisahkan sedetik pun.
  4. Rencanakan semua hal dengan benar dan teliti, jangan sampai semua jadi berabe.
  5. Kami sekeluarga mengobrol santai sampai-sampai lupa waktu.
  6. Bidikan Jatmiko meleset dari sasaran awal.
(dikutip dari https://dosenbahasa.com)

 5. Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).
Dalam KBBI interpretatif bermakna adanya kesan, pendapat dan pandangan; berhubungan dengan adanya tafsiran
(dikutip dari www.kajianpustaka.com)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar