Silogisme
Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Pengertian Silogisme
Silogisme adalah jenis penalaran deduksi
secara tidak langsung. Silogisme merupakan penemuan terbesar
dari ahli filsafat terkenal, Aristoteles. Dalam pengertian umum,
silogisme adalah suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu
kesimpulan.
Silogisme adalah penyimpulan
tidak langsung dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan suatu proposisi
baru (kesimpulan). Premis yang pertama disebut premis umum (premis mayor) dan
premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor). Kesimpulan itu
berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya
benar maka kesimpulannya juga benar.
Dalam penerapannya, ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme
kategoris, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.
1. Silogisme kategoris adalah silogisme yang terdiri dari tiga
proposisi (premis) kategoris.
Contoh silogisme kategoris:
a. Semua manusia adalah
makhluk berakal budi (premis mayor)
b. Afdan adalah manusia
(premis minor)
c. Jadi, Afdan adalah
makhluk berakal budi (kesimpulan)
2. Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa
keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan kategoris.
Contoh silogisme hipotesis:
a.
Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis
mayor)
b.
Hari ini tidak hujan (premis minor)
c.
Maka, saya akan kerumah paman (kesimpulan).
3. Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya premis
alternatif, premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, dan
kesimpulannya menolak alternatif yang lain.
Contoh silogisme alternatif:
a.
Kakek berada di Bantaeng atau Makassar (premis mayor)
b. Kakek berada di
Bantaeng (premis minor)
c. Jadi, kakek tidak
berada di Makassar (kesimpulan)
Maran, R Raga.
(2007). Pengantar Logika. Jakarta: PT Grasindo
Bagian-bagian Silogisme
Pada dasarnya silogisme memiliki empat bagian sebagai berikut:
1. Bagian pertama yaitu keputusan pertama
yang biasanya disebut sebagai premis mayor. Premis memiliki arti kalimat yang
dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Premis mayor berarti pangkal
pikir yang memiliki kandungan term mayor dari silogisme tersebut, dimana
nantinya akan muncul menjadi predikat dalam menarik kesimpulan.
2. Bagian kedua yaitu keputusan kedua
disebut sebagai premis minor. Premis minor berarti pangkal pikiran yang kecil
atau term minor dari silogisme itu dimana nantinya akan bermunculan subjek pada
konglusi atau kesimpulan.
3. Bagian ketiga yaitu bagian-bagian yang
sama pada kedua keputusan tersebut disebut term menengah atau medium (middle
term), karena dia terdapat pada kedua premis (Minor dan Mayor), maka bertindak
sebagai penghubung atau Medium antara keduanya. Akan tetapi tidak muncul dalam
kesimpulan atau kongklusi.
4. Bagian keempat yaitu keputusan ketiga
yang disebut sebagai kesimpulan atau kongklusi yaitu keputusan baru yang
menyatakan bahwa apa yang benar dalam mayor juga ternyata benar dalam term
minor.
Penggunaan kata sambung dalam Silogisme dibagi menjadi dua.
1.
Silogisme Disjungtif
Silogisme Disjungtif adalah silogisme yang dimana premis mayor
dan minornya, baik itu salah satu maupun keduanya adalah keputusan disjungtif
atau ada juga yang menyatakan bahwa silogisme disjungtif adalah silogisme yang
premis mayornya memiliki bentuk proposisi disjungtive.
Contoh silogisme disjungtive sebagai berikut:
a. Saya atau Kamu yang
pergi.
b. Kamu tidak pergi
c. Jadi, sayalah yang akan
pergi.
Silogisme disjungtif
mempunyai dua ciri yaitu:
1. Akuilah satu bagian
disjungtif pada premis minornya dan tolaklah lainnya pada kesimpulannya.
2. Tolaklah pada satu bagian disjungsi di
premis minornya dan akuilah yang lainnya di kesimpulannya.
2.
Silogisme Konjungtif
Silogisme Konjungtif adalah silogisme yang memiliki premis
mayornya berbentuk suatu proporsi konjungtif. Silogisme konjungtif hanya
memiliki sebuah corak yaitu akuilah satu bagian pada premis minornya dan
tolaklah yang lainnya di kesimpulan.
Contoh silogisme konjungtif yaitu:
a.
Tidak ada orang yang tidur dan membaca dalam waktu secara
bersamaan
b.
Sartono tidur
c.
Berarti dia tidak membaca.
Silogisme konjungtif bisa dikembalikan dalam bentuk silogisme
kondisional
Dilema
Dilema
adalah argumentasi, bentuknya merupakan suatu campuran antara silogisme
disjungtif dan silogisme hipotetik. Hal tersebut terjadi disebabkan premis
mayornya terdiri atas dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu
proposisi disjungtif. Kesimpulannya berupa proposisi disjungtif, akan tetapi
bisa juga proposisi kategoris. Adapun ciri-ciri dilema yaitu :
1.
Konlusi yang diambil tidak selalu menyenangkan.
2.
Dalam perdebatan, dilema dipergunakan sebagai alat untuk
memojokkan, sehingga pilihan alternatif apapun yang dipilih oleh lawan bicara
selalu dalam kondisi tidak menyenangkan.
Contoh dilema yaitu:
Contoh 1.
a.
Kalau engkau berbuat adil maka orang-orang akan membencimu dan
kalau engkau berbuat tidak adil maka Tuhan akan membencimu.
b.
Sedangkan engkau mesti bersikap tidak adil atau adil.
c.
Berbuat adil ataupun tidak engkau akan dibenci.
Contoh 2 :
a.
Kalau para mahasiswa suka belajar, maka motivasi belajar untuk
menggiatkan belajar menjadi tidak berguna.
b.
Sedangkan kalau mahasiswa malas belajar maka motivasi itu
ternyata tidak membawa hasil.
c.
Karena itu motivasi untuk menggiatkan belajar tidak memiliki
manfaat atau tidak membawa hasil.
Referensi
:
1.
Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof, Langkah – langkah berpikir logis, cet 2, CV
Bumi Jaya nyalaran Pamekasan, 2001
2.
Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar
harapan, Jakarta, 2003
3. Tim
media , Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter
4. Pius
A partanto Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah popular, Arkola Surabaya, 1994
5.
Mondiri H. Drs, Logika (PT Raja Gravindo Persada Jakarta, 199)
6. W.
Poespoprodjo, Dr, Sh, SS Phd, LPh Logika scientivika pengantar dialektika dan
ilmu, pustaka gravika, 199.
(dikutip dari /informasiana.com)
kak minta refrensinya yah
BalasHapustruk ud