Selasa, 02 Oktober 2018

Gurindam, lengkap dengan pengertian, ciri-ciri, macam-macam, contoh gurindam 12 dan biografi Ali Haji

Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berbentuk dua seuntai. Baris pertama pada gurindam merupakan kalimat syarat, masalah, persoalan atau perjanjian dan kalimat kedua merupakan jawaban atau akibat dari kalimat pertama. Jadi gurindam merupakan satu kalimat majemuk utuh yang memiliki hubungan sebab akibat.

Ciri-Ciri Gurindam
1. Tiap bait terdiri dari 2 baris
2. Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
3. Kedua baris merupakan isi semua
4. Memiliki rima atau bersajak a-a
5. Isi berupa sindiran atau nasehat.
6. bris pertama merupakan sebab (pernyataan) dan baris kedua merupakan akibat (jawaban).

Macam-Macam Gurindam
Jika dilihat dari barisnya, ada 2 macam bentuk guridam, yaitu gurindam berkait dan gurindam berangkai.

1. Gurindam Berkait
Gurindam berkait adalah gurindam yang bait pertama berhubungan dengan bait berikutnya dan juga pada bait seterusnya.
Contoh:
Kurang piker kurang siasat
Tentu dirimua akan tersesat

Barang siapa tidak memiliki agama
Pastilah sesat hidupnya di dunia.

2. Gurindam berangkai

Gurindam berangkai adalah bentuk gurindam yang memiliki kata yang sama di setiap baris pertama baitnya.

Contoh:
Jika bekerja tidak berhati lurus
Pikiran akan menjadi tergerus


GURINDAM 12 KARYA RAJA ALI HAJI

Pasal I
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka dia itu lah orang ma’ rifat.

Barang siapa mengenal  Allah,
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.

Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan Yang Bahari.

Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah dia barang yang terpedaya.

Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah dia dunia melarat.


Pasal II
Apabila terpelihara mata,
Sedikit cita-cita.

Apabila terpelihara kuping,
Kabar yang jahat tidaklah damping.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan,
Tangan dari segala berat ringan.

Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh.

Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjalan yang membawa rugi.

Pasal III
Hati itu kerajaan di dalam tubuh,
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh.
Apabila dengki telah bertanah,
Datanglah dari padanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Disitulah banyak orang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikit pun berbuat bohong,
boleh di umpamakan mulutnya pekong.

Pasal IV
Barang siapa mengenal yang tersebut,
Tahulah ia makna takut.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tidak bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah dapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
Tidaklah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tidaklah ia menyempurnakan janji.

Pasal V
Jika hendak mengenal orang yang berbangsa,
Lihat kepada budi dan bahasa.

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang yang mulia,
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
Di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
Lihat kepada ketika bercampur dengan orang ramai.

Pasal VI
Cari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Cari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.

Cari olehmu akan abdi,
Yang ada baik sedikit budi.

Pasal VII
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak bersuka-suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan akan sesat.
Apabila anak tiada dilatih,
jika besar bapaknya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.

Pasal VIII
Barang siapa khianat kepada dirinya,
apa lagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan kau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
 
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

Pasal IX
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya punggawa.
Kebanyakan orang muda-muda,
di situlah setan tempat tergoda.
Adapun orang tua yang hemat,
setan tak suka membuat sahabat.
Jika orang muda kuat berguru,
dengan setan jadi berseteru.

Pasal X
Dengan bapak jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah alpa,
supaya malu jangan menimpa.
Dengan kawan hendaklah adil,
supaya tangan jadi kepil.

Pasal XI
Hendaklah berjasa
kepada yang sebangsa.
Hendak jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendaklah dimalui,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.

Pasal XII
Raja bermufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagar duri.

Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.

Hukum adil kepada rakyat,
tanda raja beroleh inayat.

Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.

Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.


Biografi Ali Haji bin Raja Haji Ahmad

Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangorca. 1808 - meninggal di Pulau PenyengatKepulauan Riauca. 1873, masih diperdebatkan) adalah ulamasejarawan, dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.[1] Dia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Ia merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji FisabilillahYang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis.
MahakaryanyaGurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama, merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara. Ia juga menulis Syair Siti ShianahSyair Suluh PegawaiSyair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nafis ("Bingkisan Berharga" tentang sejarah Melayu), walaupun dari segi penulisan sejarah sangat lemah karena tidak mencantumkan sumber dan tahunnya, dapat dibilang menggambarkan peristiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak berpendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja Ahmad. Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya. Dalam bidang ketatanegaraan dan hukum, Raja Ali Haji pun menulis Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik). Ia juga aktif sebagai penasihat kerajaan.
Ia ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November 2004.

Latar belakang
Raja Ali Haji dilahirkan di Selangor (sekarang bagian Malaysia) tahun 1808 atau 1809, walaupun beberapa sumber menyebutkan bahwa dia dilahirkan di Pulau Penyengat (sekarang bagian Indonesia). Dia adalah putra dari Raja Ahmad, yang bergelar Engku Haji Tua setelah melakukan ziarah ke Mekah. Dia adalah cucu Raja Ali Haji Fisabilillah (saudara Raja Lumu, Sultan pertama Selangor).  Fisabilillah adalah keturunan keluarga kerajaan Riau, yang merupakan keturunan dari prajurit Bugis yang datang ke daerah tersebut pada abad ke-18. Bundanya, Encik Hamidah binti Malik adalah saudara sepupu dari ayahnya dan juga dari keturunan Suku Bugis.
Raji Ali Haji segera dipindahkan oleh keluarganya ke Pulau Penyengat saat masih bayi, di mana ia dibesarkan dan menerima pendidikan di sana

(dikutip dari https://id.wikipedia.org)


Semoga bermanfaat ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar